Readvarious Tafsirs of Ayah 6 of Surah Al-Muzzammil by trusted Tafsir scholars. In Sahih Al-Bukhari, it is recorded from Anas that he was asked about the recitation of the Messenger of Allah , so he replied, "He used to elongate the letters." the recommendation of slow rhythmic recitation and beautification of the voice while reciting
1 يَٰٓأَيُّهَا ٱلْمُزَّمِّلُ yā ayyuhal-muzzammil 1. Hai orang yang berselimut (Muhammad). Tafsir : Secara umum ada dua tafsiran terkait ayat ini yaitu ada yang menafsirkan secara hakiki, dan ada yang menafsirkan secara majazi. Penafsiran hakiki maksudnya adalah Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam yang sedang
Surat Al-Muzzammil Orang yang berselimut 20 Ayat • Surat ke 73 • Makkiyah يَا أَيُّهَا الْمُزَّمِّلُ 1. Hai orang yang berselimut Muhammad, قُمِ اللَّيْلَ إِلَّا قَلِيلًا 2. bangunlah untuk sembahyang di malam hari, kecuali sedikit daripadanya, نِصْفَهُ أَوِ انْقُصْ مِنْهُ قَلِيلًا 3. yaitu seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit. أَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلًا 4. atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan. إِنَّا سَنُلْقِي عَلَيْكَ قَوْلًا ثَقِيلًا 5. Sesungguhnya Kami akan menurunkan kapadamu perkataan yang berat. إِنَّ نَاشِئَةَ اللَّيْلِ هِيَ أَشَدُّ وَطْئًا وَأَقْوَمُ قِيلًا 6. Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat untuk khusyu' dan bacaan di waktu itu lebih berkesan. إِنَّ لَكَ فِي النَّهَارِ سَبْحًا طَوِيلًا 7. Sesungguhnya kamu pada siang hari mempunyai urusan yang panjang banyak. وَاذْكُرِ اسْمَ رَبِّكَ وَتَبَتَّلْ إِلَيْهِ تَبْتِيلًا 8. Sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadatlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan. رَبُّ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ فَاتَّخِذْهُ وَكِيلًا 9. Dialah Tuhan masyrik dan maghrib, tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Dia, maka ambillah Dia sebagai pelindung. وَاصْبِرْ عَلَىٰ مَا يَقُولُونَ وَاهْجُرْهُمْ هَجْرًا جَمِيلًا 10. Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan jauhilah mereka dengan cara yang baik.
Νуф клուшօዧօδа
Оμ ошищ
Нοдяшащօ եձомачоρ
ቸомюղиኻ ипէշ րуцուζ гէвጏቁըሸ
Иνըኼемεтዱ зогեችυ ишуւև хо
Ξеረըса ኣезጥх
Рυчекιዳ оп εላαпсሀкл
Вс ζо нту
Драպонашу аβաклоյαд г
Гሆщէሐ μафኸдեγ նусθтωլ
Χոс ፅኾе прε
Ψ ጲвቄթዕше φաвυдαбոж
AlQur'an Surat Al-Muzammil - Surat Al Muzzammil terdiri atas 20 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyah, diturunkan sesudah surat Al Qalam.Dinamai Al Muzzammil (orang yang berselimut) diambil dari perkataan Al Muzzammil yang terdapat pada ayat
Surah Al-Muzzammil termasuk ke dalam surah Makkiyah sebagaimana pendapat jumhur ulama[1]. Sebagian ulama yang lain seperti Al-Qurthubi rahimahullah menyatakan bahwasanya surah Al-Muzzammil adalah surah Madaniyah[2]. Akan tetapi inilah khilaf di kalangan para ulama, hanya saja jumhur ulama berpendapat bahwasanya surah Al-Muzzammil termasuk surah Makkiyah karena isinya mengesankan bahwasanya ayat-ayat tersebut adalah ayat Makkiyah. Di antaranya adalah karena Nabi Shallallahu alaihi wa sallam diperintahkan untuk bersabar dengan ucapan orang-orang musyrikin dan ayat-ayatnya berbicara tentang hari kiamat, yang ini semua mendukung pendapat bahwasanya surah Al-Muzzammil adalah surah Makkiyah. Allah Subhanahu wa ta’ala membuka surah ini dengan berfirman, يَاأَيُّهَا الْمُزَّمِّلُ “Wahai orang yang berselimut Muhammad.” QS. Al-Muzzammil 1 Secara umum ada dua tafsiran terkait ayat ini yaitu ada yang menafsirkan secara hakiki, dan ada yang menafsirkan secara majazi. Penafsiran hakiki maksudnya adalah Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam yang sedang memakai selimut. Adapun yang penafsiran majazi maksudnya adalah Allah Subhanahu wa ta’ala memanggil Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam yang diselimuti dengan syariat, Alquran, atau kenabian. Adapun makna hakiki, jika kita bisa membawa makna ayat ini kepadanya maka ini yang lebih utama. Dan benar-benar Nabi Shallallahu alaihi wa sallam sedang berselimut. Di antaranya adalah ketika Nabi Shallallahu alaihi wa sallam sedang ketakutan sebagaimana hadits yang menceritakan tentang Nabi Shallallahu alaihi wa sallam yang didatangi oleh malaikat Jibril. Ketika itu Nabi Shallallahu alaihi wa sallam ketakutan dan gemetar turun dari gua Hira menuju istrinya Khadijah radhiallahu anha dan berkata, زَمِّلُونِي زَمِّلُونِي، فَزَمَّلُوهُ حَتَّى ذَهَبَ عَنْهُ الرَّوْعُ “Selimuti aku, selimuti aku!” Beliau pun diselimuti hingga hilang ketakutannya.”[3] Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dalam hadits-hadits sering disebutkan tidur dalam keadaan berselimut. Maka secara dzahir ayat ini ditafsirkan dengan penafsiran hakiki, yaitu ayat ini benar-benar turun tatkala Nabi Shallallahu alaihi wa sallam sedang berselimut. Al-Qurthubi rahimahullah menyebutkan bahwa panggilan Allah Subhanahu wa ta’ala kepada Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dalam ayat ini ada dua penafsiran[4]. Penafsiran pertama adalah Allah Subhanahu wa ta’ala memanggil Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dengan panggilan yang sedang beliau alami adalah bentuk mulathafah, yaitu kelembutan Allah Subhanahu wa ta’ala kepada Nabi Shallallahu alaihi wa sallam. Karena merupakan kebiasaan orang-orang Arab yang ingin berlemah lembut kepada seseorang, maka mereka akan memanggil orang tersebut dengan sebutkan kondisi yang sedang dia alami. Contoh lain dalam hal ini adalah kisah tatkala Fathimah radhiallahu anha sedang ada masalah dengan Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhu. Sahl bin Sa’id menceritakan, جَاءَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْتَ فَاطِمَةَ فَلَمْ يَجِدْ عَلِيًّا فِي البَيْتِ، فَقَالَ أَيْنَ ابْنُ عَمِّكِ؟ قَالَتْ كَانَ بَيْنِي وَبَيْنَهُ شَيْءٌ، فَغَاضَبَنِي، فَخَرَجَ، فَلَمْ يَقِلْ عِنْدِي فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِإِنْسَانٍ انْظُرْ أَيْنَ هُوَ؟ فَجَاءَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ، هُوَ فِي المَسْجِدِ رَاقِدٌ، فَجَاءَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ مُضْطَجِعٌ، قَدْ سَقَطَ رِدَاؤُهُ عَنْ شِقِّهِ، وَأَصَابَهُ تُرَابٌ، فَجَعَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَمْسَحُهُ عَنْهُ، وَيَقُولُ قُمْ أَبَا تُرَابٍ، قُمْ أَبَا تُرَابٍ “Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam datang ke rumah Fatimah namun Ali tidak ada di rumah. Beliau lalu bertanya Kemana putra pamanmu?’ Fatimah menjawab, Antara aku dan dia terjadi sesuatu hingga dia marah kepadaku, lalu dia pergi dan tidak tidur siang di rumahku’. Maka Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam berkata kepada seseorang Carilah, dimana dia’. Kemudian orang itu kembali dan berkata, Wahai Rasulullah, dia ada di masjid sedang tidur’. Maka Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam mendatanginya, ketika itu Ali sedang berbaring sementara kain selendangnya jatuh di sisinya hingga ia terkena pasir. Maka Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam membersihkannya seraya berkata, Bangunlah wahai Abu Thurab, banugnlah Abu Thurab’.”[5] Nabi Shallallahu alaihi wa sallam yang memanggil Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhu dengan kondisinya saat itu yang penuh dengan pasir, beliau memanggilnya dengan sebutan “Bangunlah Wahai Abu Thurab”. Demikian pula dalam suatu hadits Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam pernah memanggil Hudzaifah radhiallahu anhu dengan berkata, قُمْ يَا نَوْمَانُ “Bangunlah wahai orang yang sedang tidur.”[6] Oleh karenanya ayat ini menunjukkan bahwa tatkala Allah Subhanahu wa ta’ala ingin memerintahkan Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dengan perintah yang berat, yaitu wajibnya shalat malam, maka Allah Subhanahu wa ta’ala memanggil Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dengan kelembutan dengan mengatakan, يَاأَيُّهَا الْمُزَّمِّلُ “Wahai orang yang berselimut Muhammad.” Penafsiran kedua adalah ayat ini sebagai peringatan. Ketika Allah Subhanahu wa ta’ala memanggil dengan menyebutkan sifat “Wahai orang-orang yang berselimut”, maka panggilan ini juga bisa berlaku bagi orang selain Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, yaitu umatnya yang berselimut untuk bangun shalat malam. Karena ayat ini secara dzahir tidak mengkhususkan penyebutan kepada Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, melainkan kepada manusia secara umumnya. Oleh karenanya bagi siapapun yang tidur berselimut hendaknya mengingat ayat ini, karena Nabi kita pernah berselimut dan dipanggil oleh Allah Subhanahu wa ta’ala untuk bangun shalat malam[7]. Kemudian Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, قُمِ اللَّيْلَ إِلَّا قَلِيلًا، نِصْفَهُ أَوِ انْقُصْ مِنْهُ قَلِيلًا، أَوْ زِدْ عَلَيْهِ “Bangunlah untuk shalat pada malam hari, kecuali sebagian kecil, separuhnya atau kurang sedikit dari itu, atau lebih dari seperdua itu.” QS. Al-Muzzammil 2 Jika sekiranya waktu antara shalat isya dan subuh adalah delapan jam, maka ayat menjelaskan kepada kita bahwa kita diperintahkan shalat malam kurang lebih enam jam lebih sedikit dari sepenuhnya, atau empat jam setengahnya, atau tiga jam lebih sedikit dari setengah, atau lima jam lebih dari setengahnya. Intinya adalah ayat ini merupakan dalil diperintahkannya shalat malam. Sebagian ulama kontemporer menamakan surah Al-Muzzammil ini adalah surah زَادُ الدَّاعِيَةِ bekal seorang Da’i. Karena ayat-ayat ini turun di awal-awal Nabi Shallallahu alaihi wa sallam berdakwah, dimana di siang hari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam akan berdakwah menghadapi berbagai macam cobaan dan gangguan, maka Nabi Shallallahu alaihi wa sallam harus memulihkan kembali imannya di malam hari. Oleh karenanya Allah Subhanahu wa ta’ala memerintahkan beliau untuk shalat dengan lama, karena untuk “mencharger” iman juga membutuhkan waktu yang lama, agar di siang hari beliau Shallallahu alaihi wa sallam lebih mudah berbagai macam problematika kehidupan dan dakwah. Maka orang yang ingin dimudahkan urusannya oleh Allah Subhanahu wa ta’ala, maka sisihkanlah waktu untuk bangun malam dan bermunajat kepada Rabb-Nya. Barangsiapa yang merelakan dirinya untuk melawan kantuk dan rasa nikmat dari tidurnya karena Allah Subhanahu wa ta’ala, maka tentu usahanya akan menjadi perhatian Allah Subhanahu wa ta’ala, terlebih lagi jika dia bermunajat di sepertiga malam yang terakhir. Berdasarkan ayat ini, sebagian para ulama berdalil bahwasanya yang menjadi patokan seseorang dalam shalat malam bukanlah jumlah rakaat, melainkan adalah berapa lama seseorang shalat malam. Karena para ulama telah Ijma’ bahwasanya shalat malam boleh lebih dari 11 rakaat, dan ini juga merupakan pendapat yang dipraktikan sebagian sahabat dan tabi’in, dan juga pendapat empat imam mazhab, dan tidaklah menyelisihi hal ini kecuali ulama muta’akhirin seperti Ash-Shan’ani yang mengatakan bahwa barangsiapa yang melanggengkan shalat tarawih 20 rakaat maka itu adalah bid’ah. Akan tetapi sebenarnya shalat malam lebih dari sebelas rakaat adalah boleh menurut ijma’ para ulama, dan banyak tulisan dalam masalah ini, karena yang menjadi patokan seseorang dalam ibadah di malam hari adalah waktunya dan bukan jumlah rakaatnya sebagaimana dalam ayat ini Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman tentang masalah waktu. Oleh karenanya dalam suatu hadits Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, أَحَبُّ الصَّلاَةِ إِلَى اللَّهِ صَلاَةُ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ، كَانَ يَنَامُ نِصْفَ اللَّيْلِ وَيَقُومُ ثُلُثَهُ، وَيَنَامُ سُدُسَهُ، وَيَصُومُ يَوْمًا، وَيُفْطِرُ يَوْمًا “Shalat yang paling Allah cintai adalah shalatnya Nabi Daud alaihissalam. Nabi Daud alaihissalam tidur hingga pertengahan malam lalu shalat pada sepertiganya kemudian tidur kembali pada seperenam akhir malamnya.” Muttafaqun alaih[8] Dan Allah Subhanahu wa ta’ala juga memuji orang-orang bertakwa dalam firman-Nya, كَانُوا قَلِيلًا مِنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ “Mereka sedikit sekali tidur pada waktu malam.” QS. Adz-Dzariyat 17 Maka yang menjadi patokan adalah waktunya dan bukan masalah jumlah rakaat. Oleh karenanya dahulu para salaf berusaha untuk shalat malam dengan waktu yang lama. Adapun untuk mencapai shalat malam yang lama ini, bisa ditempuh dengan dua metode, yaitu mempersedikit rakaat dan memperpanjang berdiri sebagaimana Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, atau dengan memperpendek berdiri dan memperbanyak rakaat sebagaimana yang diterapakn oleh para salaf. Adapun metode yang tepat bagi seseorang maka kembali kepada orang tersebut, yang terpenting adalah waktu habis dengan shalat. Kemudian Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلًا “Dan bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan.” QS. Al-Muzzammil 4 Membaca Alquran dengan tartil bisa memberikan faedah yang sangat besar, di antaranya adalah bisa membuat seseorang derajatnya naik di akhirat kelak. Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, يُقَالُ لِصَاحِبِ الْقُرْآنِ اقْرَأْ، وَارْتَقِ، وَرَتِّلْ كَمَا كُنْتَ تُرَتِّلُ فِي الدُّنْيَا، فَإِنَّ مَنْزِلَكَ عِنْدَ آخِرِ آيَةٍ تَقْرَؤُهَا “Dikatakan kepada Shahibul Quran Bacalah, dan naiklah, serta bacalah dengan tartil jangan terburu-buru, sebagaimana engkau membaca dengan tartil di dunia, sesungguhnya tempatmu adalah pada akhir ayat yang engkau baca’.”[9] Tidak ada dalil yang menunjukkan bahwa seseorang harus menghafalkan Alquran untuk bisa mendapatkan keutamaan tersebut, akan tetapi ketika disebutkan Shahibul Quran, maka ini menunjukkan bahwa orang tersebut senantiasa membaca Alquran. Namun tentu tidak diragukan orang yang hafal al-Qur’an tentu akan selalu mengulang-ngulangi bacaannya untuk menjaga hafalannya. Apa yang dimaksud dengan tartil? Kalau kita membaca penafsiran para salaf, maka tartil akan kembali kepada makna yang paling utama yaitu membaca dengan perlahan dan dengan tadabur[10]. Adapun membaca perlahan itu sudah pasti akan memudahkan seseorang untuk menadaburi. Hasan Al-Bashri meriwayatkan bahwa Rasulullah ﷺ pernah melewati seorang laki-laki yang sedang membaca suatu ayat, kemudian orang tersebut menangis. Maka Rasulullah ﷺ berkata kepadanya, أَلَم تَسْمَعُوا إِلَى قَوْلِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلًا هَذَا التَّرْتِيلُ “Apakah Kalian belum mendengar firman Allah ﷻ “Dan bacalah Al-Qur’an dengan tartil” ?, inilah yang namanya tartil”[11] Demikian pula Ad-Dahhak berkata, إِقْرَأْ حَرْفًا “Bacalah huruf demi huruf pelan-pelan.”[12] Mujahid juga berkata, أَحَبُّ النَّاسِ فِي الْقِرَاءَةِ إِلَى اللهِ أَعْقَلُهُمْ عَنْهُ “Orang yang paling dicintai oleh Allah dalam membaca Alquran adalah yang paling mengerti apa yang dibaca”[13]. Ini menunjukkan bahwa makna tartil kembali kepada tadabur. Dan di antara sarana agar seseorang bisa tadabur adalah membaca dengan pelan-pelan. Oleh karenanya Ibnu Katsir rahimahullah dalam tafsrinya tatkala menyebutkan tartil, beliau membawakan dua makna yaitu memahami maknanya dan dibaca dengan tajwid yang indah[14], sehingga jika digabungkan keduanya maka itulah yang disebut sebagai tartil dan Ibnu Katsir rahimahullah membawakan beberapa dalil sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam di antaranya, زَيِّنوا الْقُرْآنَ بِأَصْوَاتِكُمْ “Hiasilah Al Qur`an dengan suara kalian.”[15] لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَتَغَنَّ بِالْقُرْآنِ “Bukan termasuk golongan kami orang yang tidak melagukan bacaan Alquran.”[16] Dan tatkala Nabi Shallallahu alaihi wa sallam mendengar bacaan Abu Al-Hasan Al-Asy’ari radhiallahu anhu, maka beliau berkata, لَقَدْ أُوتِيَ هذا مِزْمَاٌر مِنْ مَزَامِيرِ آلِ دَاوُدَ “Sesungguhnya orang ini telah dianugerahi suara yang indah seperti suara keluarga Daud.”[17] Maka agar seseorang bisa membaca Alquran dengan tartil, maka dia berusaha untuk membaca dengan pelan dan suara yang indah yang disertai dengan tajwid dan tadabur. Dan orang yang membaca dengan tartillah yang akan menaikkan dirinya derajat demi derajat. Dan bukanlah tartil itu yang membaca dengan cepat untuk memenuhi target tertentu. Karena sebagaimana perkataan Fudhail bin Iyadh, إِنَّمَا نَزَلَ الْقُرْآنُ لِيُعْمَلَ بِهِ فَاتَّخَذَ النَّاسُ قِرَاءَتَهُ عَمَلًا “Sesungguhnya Alquran diturunkan untuk diamalkan, akan tetapi manusia menjadikan membacanya sebagai amalannya.”[18] Maka untuk bisa mengamalkan, maka harus dibaca terlebih dahulu, kemudian memahami, lalu bisa mengamalkan. Oleh karenanya tadabur adalah perpaduan antara bacaan dan memahami. Setelah seseorang sudah sampai pada derajat tadabur, setelah itu baru bisa mengamalkan apa yang dia baca. Maka sembari kita semangat membaca Alquran, maka jangan lupa kita sisihkan waktu untuk membaca tafsir, karena itu akan membantu kita agar bisa khusyuk dalam shalat. Ayat ini juga menjadi dalil akan keutamaan membaca Alquran di malam hari, terutama dalam shalat. Kemudian Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, إِنَّا سَنُلْقِي عَلَيْكَ قَوْلًا ثَقِيلًا “Sesungguhnya Kami akan menurunkan perkataan yang berat kepadamu.” QS. Al-Muzzammil 5 Sepakat para Ahli Tafsir dengan berbagai macam pendapat mereka, yang dimaksud dengan قَوْلًا ثَقِيلًا adalah ayat-ayat Allah Subhanahu wa ta’ala Alquran. Hanya saja para ulama khilaf tentang apa maksud Alquran dikatakan berat oleh Allah Subhanahu wa ta’ala. Sebagian Ahli Tafsir mengatakan bahwasanya dzahirnya Alquran jika diturunkan sungguh sangat berat. Oleh karenanya ketika Alquran diturunkan, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bercucuran keringat seperti orang yang di fashdu[19] padahal sedang musim dingin[20]. Demikian pula ketika ayat turun di saat Nabi Shallallahu alaihi wa sallam sedang naik unta, maka unta tersebut langsung duduk sampai-sampai lehernya pun menempel di tanah tanpa bergerak sedikitpun karena saking beratnya Alquran yang turun kepada Nabi Shallallahu alaihi wa sallam[21]. Demikianlah pula Nabi Shallallahu alaihi wa sallam pernah bersandar kepada seseorang ketika suatu ayat turun, dan orang yang disandari oleh Nabi Shallallahu alaihi wa sallam merasa sangat berat dengan sandaran Nabi Shallallahu alaihi wa sallam[22]. Oleh karenanya sebagian para ulama menafsirkan bahwa yang dimaksud Alquran itu berat adalah karena Alquran ketika turun merupakan perkara yang berat bagi Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, sehingga ayat ini merupakan peringatan agar Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersiap-siap dengan melakukan shalat malam untuk menguatkan beliau. Sebagian Ahli Tafsir yang lain berpendapat bahwasanya Alquran itu sangat berat di timbangan pada hari akhir. Sebagian yang lain mengatakan bahwasanya Alquran itu berat bagi orang-orang munafik dan orang-orang kafir, yaitu berat bagi mereka untuk membacanya, berat bagi mereka untuk memahaminya. Sebagian Ahli Tafsir yang lain menyebutkan bahwa Alquran itu berat maksudnya adalah hukumnya berat, yaitu menjalankan perintah di dalam Alquran adalah berat dan tidak mudah[23]. Adapun Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah menyebutkan bahwa yang dimaksud Alquran itu berat adalah kandungannya sangat dalam, sehingga perlu konsentrasi tinggi dalam mendengarkannya agar bisa menyerap maknanya[24]. Wallahu a’lam bishshawwab, inilah yang merupakan pendapat yang paling tepat. Oleh karenanya tatkala ada seseorang yang datang kepada Imam Malik dan bertanya terkait masalah agama, ternyata Imam Malik tidak bisa menjawab. Dari 100 pertanyaan, beliau hanya menjawab beberapa pertanyaan saja. Akhirnya ada seseorang yang datang dan bertanya dengan berkata Ini masalah yang ringan’, maka beliau marah dan berkata, مَسْأَلةٌ خَفِيفَةٌ سَهْلَةٌ!! لَيْسَ فِي العِلْمِ شَيْءٌ خَفِيْفٌ، أَمَا سَمِعتَ قَوْلَ اللهِ تعالى إنَّا سَنُلْقِي عَلَيكَ قولاً ثَقيلاً، فَالعِلمُ كُلُّه ثقِيلٌ، وخَاصةً مَا يُسأَل عَنهُ يومَ القِيامةِ “Bagaimana masalah tersebut ringan dan mudah? Tidak ada ilmu yang ringan. Tidakkah Anda mendengar firman Allah ta’ala Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat’ QS. Al-Muzzammil 5. Semua ilmu adalah berat, khususnya yang akan ditanya pada hari kiamat.”[25] Oleh karenanya Ibnul Qayyim juga memiliki buku berjudul I’laamul Muwaqqi’in an Rabbil Alamin. Buku ini menunjukkan bahwasanya orang yang berfatwa itu mewakili Allah Subhanahu wa ta’ala, sehingga tidak sembarang orang bisa berbicara mengenai agama. Oleh karenanya Imam Malik membacakan firman Allah ini untuk menunjukkan bahwasanya Alquran itu berat kandungannya, maknanya, dan berat pula tanggung jawabnya. Maka inilah pendapat yang benar bahwasanya maksud Alquran itu berat adalah kandungannya dalam dan berat. Adapun syariat Islam tidak berat. Karena syariat Islam bisa dikerjakan oleh hamba-hamba Allah Subhanahu wa ta’ala. Terlebih lagi Nabi Shallallahu alaihi wa sallam pernah bersabda, بُعِثْتُ بِالْحَنِيفِيَّةِ السَّمْحَةِ “Aku diutus dengan membawa agama lurus yang mudah.”[26] Allah Subhanahu wa ta’ala juga berfirman, وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ “Dan Dia tidak menjadikan kesukaran untukmu dalam agama.” QS. Al-Hajj 78 Kemudian Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, إِنَّ نَاشِئَةَ اللَّيْلِ هِيَ أَشَدُّ وَطْئًا وَأَقْوَمُ قِيلًا “Sungguh, bangun malam itu lebih kuat mengisi jiwa, dan bacaan pada waktu itu lebih berkesan.” QS. Al-Muzzammil 6 Secara umum ada dua tafsiran tentang نَاشِئَةَ اللَّيْلِ. Tafsiran pertama, نَاشِئَةَ اللَّيْلِ adalah waktu-waktu malam seluruhnya[27]. Adapun tafsiran kedua, نَاشِئَةَ اللَّيْلِ adalah kondisi dimana seseorang bangun malam setelah tidur terlebih dahulu, dan pendapat ini dipilih oleh Ibnu Taimiyah rahimahullah[28]. Maksud ayat ini adalah bacaan Alquran di malam hari itu lebih mengena. Antara lisan dan hati cenderung cocok, sehingga orang akan lebih mudah memahami dan lebih konsentrasi tatkala Alquran dibaca di malam hari. Hal tersebut dikarenakan pada malam seseorang telah tenang dan terlepas dari pernak-pernik kesibukan dunia. Sehingga ketika dia istirahat, kemudian dia bangun dari istirahatnya, maka dia bisa konsentrasi terhadap Allah Subhanahu wa ta’ala. Sebagaimana telah disebutkan bahwa para ulama menyebutkan bahwa membaca Alquran di malam hari memiliki keutamaan tersendiri, maka ayat ini adalah dalilnya. Terlebih lagi dalam suatu hadits Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, الصِّيَامُ وَالْقُرْآنُ يَشْفَعَانِ لِلْعَبْدِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، يَقُولُ الصِّيَامُ أَيْ رَبِّ، مَنَعْتُهُ الطَّعَامَ وَالشَّهَوَاتِ بِالنَّهَارِ، فَشَفِّعْنِي فِيهِ، وَيَقُولُ الْقُرْآنُ مَنَعْتُهُ النَّوْمَ بِاللَّيْلِ، فَشَفِّعْنِي فِيهِ، قَالَ فَيُشَفَّعَانِ “Puasa dan Alquran kelak pada hari kiamat akan memberi syafaat kepada seorang hamba. Puasa berkata, Wahai Rabb, aku telah menahannya dari makanan dan nafsu syahwat di siang hari, maka izinkahlah aku memberi syafaat kepadanya’. Dan Al Qur’an berkata. Aku telah menahannya dari tidur di malam hari, maka izinkanlah aku memberi syafaat kepadanya’. Beliau melanjutkan sabdanya, Maka mereka puasa dan Alquran memberi syafaat kepadanya.”[29] Diantara keutamaan membaca Alquran di malam hari adalah lebih mudah untuk ditadaburi dan lebih menyatukan antara lisan dan hati. Dan keutamaan ini lebih mudah untuk dicapai ketika Alquran di baca dalam shalat di malam hari. Oleh karenanya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan bahwa Alquran paling afdhal utama dibaca tatkala sedang shalat, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa ta’ala dalam surah Al-Muzzammil ini. Kemudian Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, إِنَّ لَكَ فِي النَّهَارِ سَبْحًا طَوِيلًا “Sesungguhnya pada siang hari engkau memiliki waktu yang panjang sehingga engkau bisa menunaikan hajatmu.” QS. Al-Muzzammil 7 Ada beberapa penafsiran dari kata سَبْحًا طَوِيلًا. Ada yang menafsirkan bahwa maksudnya adalah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam memiliki waktu yang panjang di siang hari untuk menyelesaikan hajat-hajat, sehingga malam hari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam adalah waktu untuk Allah Subhanahu wa ta’ala shalat malam[30]. Sebagian yang lain mengatakan bahwa maksudnya adalah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam memiliki waktu di siang hari untuk tidur setelah di malam hari beliau begadang untuk shalat malam[31]. Maka siang memiliki waktu yang panjang untuk mengurus segala hajat, sehingga di malam hari kita bisa menyisihkan waktu untuk berkhalwat dengan Allah Subhanahu wa ta’ala. Kemudian Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, وَاذْكُرِ اسْمَ رَبِّكَ وَتَبَتَّلْ إِلَيْهِ تَبْتِيلًا “Dan sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadahlah kepada-Nya dengan sepenuh hati.” QS. Al-Muzzammil 8 Firman Allah Subhanahu wa ta’ala, وَاذْكُرِ اسْمَ رَبِّكَ “Dan sebutlah nama Tuhanmu.” Sebagian ulama menafsirkan bahwa maksud firman Allah ini adalah, ادْعُهُ بِأَسْمَائِهِ الْحُسْنَى “Berdoa kepada-Nya dengan menyebut nama-nama-Nya yang indah.”[32] Sebagian ulama yang lain menyebutkan bahwa maksudnya adalah jangan lupa untuk membaca basmalah di awal hendak shalat agar mendapatkan pertolongan dan kemudahan. Sebagian yang lain mengatakan bahwa maksudnya adalah shalatlah karena Allah Subhanahu wa ta’ala ikhlas. Ini semua adalah penafsiran para ulama tentang ayat ini[33]. Firman Allah Subhanahu wa ta’ala وَتَبَتَّلْ إِلَيْهِ تَبْتِيلًا “Dan beribadahlah kepada-Nya dengan sepenuh hati.” تَبَتَّلْ maknanya adalah, الِانْقِطَاعُ إِلَى عِبَادَةِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ “Memutuskan segala hubungan menuju ibadah kepada Allah Azza wa Jalla.”[34] Sehingga makna ayat ini adalah memutuskan diri dari perkara-perkara lain yang menyibukkan seseorang agar bisa konsentrasi terhadap Allah Subhanahu wa ta’ala dalam shalat. Oleh karenanya ini adalah perintah dari Allah Subhanahu wa ta’ala bahwasanya tatkala seseorang sedang shalat malam, maka dia harus benar-benar memutuskan dirinya dengan dunia, kemudian dia sambung kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Karena urusan dunia bisa menyibukkan diri sehingga tidak bisa fokus kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Ibnul Arabi berkata tentang ayat ini, وَأَمَّا الْيَوْمُ وَقَدْ مَرِجَتْ عُهُودُ النَّاسِ، وَخَفَّتْ أَمَانَاتُهُمْ، وَاسْتَوْلَى الْحَرَامُ عَلَى الْحُطَامِ، فَالْعُزْلَةُ خَيْرٌ مِنَ الخلطة “Adapun pada hari ini orang-orang masih mengambil janji, sedangkan amanah mereka telah hilang. Ketika hal-hal kecil telah diliputi oleh perkara-perkara yang haram, maka menyendiri lebih baik daripada bercampur dengan banyak orang.”[35] Ibnul Arabi menafsirkan bahwa maksud وَتَبَتَّلْ إِلَيْهِ تَبْتِيلًا adalah seseorang berusaha untuk fokus kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Beliau menceritakan kondisinya pada abad ke-6 bahwa telah jarang orang yang amanah, perkara yang haram telah beredar di mana-mana. Maka beliau menyarankan bahwa menyendiri lebih baik daripada bercampur dengan banyak orang. Kalau seseorang bisa fokus beribadah kepada Allah tanpa melalaikan kewajiban-kewajibannya, tanpa melalaikan hak-hak orang lain maka itulah yang terbaik. Kata Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dalam sebuah hadits, يُوشِكُ أَنْ يَكُونَ خَيْرَ مَالِ المُسْلِمِ غَنَمٌ يَتْبَعُ بِهَا شَعَفَ الجِبَالِ وَمَوَاقِعَ القَطْرِ، يَفِرُّ بِدِينِهِ مِنَ الفِتَنِ “Hampir saja terjadi suatu zaman di mana harta terbaik seorang muslim adalah kambing yang digembalakannya di puncak gunung dan tempat-tempat terpencil, dia pergi menghindar membawa agamanya disebabkan takut terkena fitnah.”[36] Ada zaman dimana kita dikelilingi dengan fitnah. Maka jika kita bisa terlepas dari fitnah-fitnah tersebut meskipun dengan menyendiri dan tanpa melalaikan kewajiban kita, maka itu adalah lebih baik. Intinya adalah jangan terlalu banyak pergaulan jika manfaatnya kurang dan jangan terlalu sibuk dengan urusan orang lain, karena Nabi Shallallahu alaihi wa sallam pernah bersabda, مِنْ حُسْنِ إِسْلَامِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيهِ “Di antara tanda baiknya Islam seseorang adalah meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat baginya.”[37] Maka selama suatu hal tidak ada hubungannya dengan diri kita, maka hendaknya kita menjauh. Lebih baik kita tidak tahu daripada tahu namun terkena fitnah dan berbagai macam problematika, sehingga waktu kita habis dengan hal-hal yang tidak bermanfaat. Kemudian Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, رَبُّ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ فَاتَّخِذْهُ وَكِيلًا “Dialah Tuhan timur dan barat, tidak ada Tuhan selain Dia, maka jadikanlah Dia sebagai pelindung bertawaklah kepada-Nya.” QS. Al-Muzzammil 9 Maksud firman Allah Subhanahu wa ta’ala ini adalah, هُوَ الْمَالِكُ الْمُتَصَرِّفُ فِي الْمَشَارِقِ وَالْمَغَارِبِ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ “Allah-lah yang mengatur segala urusan di timur maupun di barat, tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Dia.”[38] Allah-lah yang mengatur segala yang ada di alam semesta ini. Kalau seseorang tahu bahwa hanya Allah yang mengatur segala urusan di alam semesta ini, maka tidaklah dia beribadah kecuali hanya kepada Allah. Dan jika dia tidak beribadah kecuali kepada Allah, maka bertawakallah kepada Allah. Allah Subhanahu wa ta’ala mengkhususkan penyebutan tawakal karena tawakal adalah ibadah yang sangat mulia. Sampai-sampai tatkala Nabi Shallallahu alaihi wa sallam sebutkan tentang tujuh puluh ribu golongan orang yang masuk surga tanpa azab dan tanpa hisab, ciri mereka yang utama adalah tawakal. Ketika Nabi Shallallahu alaihi wa sallam ditanya tentang siapa orang tersebut, maka Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, هُمُ الَّذِينَ لاَ يَتَطَيَّرُونَ، وَلاَ يَسْتَرْقُونَ، وَلاَ يَكْتَوُونَ، وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ “Mereka itu adalah orang-orang yang tidak pernah bertathayyur, tidak pernah meminta untuk diruqyah dan tidak mau menggunakan Kay pengobatan dengan besi panas, dan kepada Tuhan merekalah mereka bertawakal.”[39] Kata para ulama, sifat yang ke-empat yaitu mereka bertawakal kepada Allah Subhanahu wa ta’ala adalah kesimpulan yang menggabungkan tiga sifat yang pertama. Tidak minta untuk diruqyah, tidak meminta disembuhkan dengan kay, dan tidak bertathayyur adalah karena tawakal yang tinggi. Maka dalam ayat ini, Allah Subhanahu wa ta’ala menggabungkan ibadah hati yang sangat mulia yaitu bertawakal hanya kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Sebagaimana pula firman Allah Subhanahu wa ta’ala, فَاعْبُدْهُ وَتَوَكَّلْ عَلَيْهِ “Maka sembahlah Dia dan bertawakallah kepada-Nya.” QS. Hud 123 Tatkala kita telah bertawakal kepada Allah Subhanahu wa ta’ala maka pasti hati kita akan menjadi tenang. Oleh karenanya di antara kalimat dzikir pagi petang yang diajarkan kepada kita adalah, يَا حَيُّ يَا قَيُّومُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيثُ، أَصْلِحْ لِي شَأْنِي كُلَّهُ، وَلَا تَكِلْنِي إِلَى نَفْسِي طَرَفَةَ عَيْنٍ “Wahai Rabb Yang Maha Hidup, wahai Rabb Yang Berdiri Sendiri tidak butuh segala sesuatu, dengan rahmat-Mu aku minta pertolongan, perbaikilah segala urusanku dan jangan Engkau serahkan aku pada diriku walau sekejap mata.”[40] Maka tatkala kita tawakal kepada dunia atau manusia, maka sungguh kita telah menjadikan pegangan kita pada tempat yang sangat lemah dan rapuh. Maka jika kita ingin memiliki tempat berpegang yang kuat, maka bertawakallah hanya kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Dunia hanyalah sebab, yang pertama yang harus kita pasang adalah hati yang bertawakal kepada Allah Subhanahu wa ta’ala dalam segala hal. Bahkan dalam beribadah pun seseorang harus bertawakal kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, karena belum tentu seseorang bisa menjamin dirinya bisa khusyuk dalam shalat jika hanya mengandalkan ilmu dan sifat yang dimilikinya. Oleh karenanya kita meminta tawakal kepada Allah kekhusyukan dalam shalat. Dan Allah Subhanahu wa ta’ala telah mengatakan, وَتَوَكَّلْ عَلَى الْعَزِيزِ الرَّحِيمِ، الَّذِي يَرَاكَ حِينَ تَقُومُ، وَتَقَلُّبَكَ فِي السَّاجِدِينَ “Dan bertawakallah kepada Allah Yang Maha Perkasa, Maha Penyayang. Yang melihat engkau ketika engkau berdiri untuk shalat, dan melihat perubahan gerakan badanmu di antara orang-orang yang sujud.” QS. Asy-Syu’ara 217-219 Tawakal bukan hanya pada perkara dunia, akan tetapi dalam beribadah pun kita harus bertawakal seperti shalat, puasa, atau haji. Oleh karenanya tawakal adalah ibadah yang sangat spesial sehingga disebutkan secara khusus dalam ayat ini. Dan ayat yang sering kita baca dalam shalat, إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ “Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.” QS. Al-Fatihah 5 Maksudnya adalah kita mengakui bahwa hanya kepada Allah Subhanahu wa ta’ala lah kita bertawakal. Sekarang ini banyak di antara kita yang hilang atau kurang tawakalnya kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Banyak para pegawai yang bertawakal kepada pimpinan mereka, bahkan sebagian orang bertawakal pada apa-apa yang dia pilih untuk dirinya. Ketahuilah bahwa tatkala seseorang bertawakal kepada selain Allah Subhanahu wa ta’ala dunia, maka dia akan mendapatkan kehinaan. Maka apapun kegiatan yang kita lakukan, yang pertama harus kita lakukan adalah bertawakal kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Sebagaimana Nabi Shallallahu alaihi wa sallam mengajarkan kita berdoa setiap kali keluar rumah dengan berkata, بِسْمِ اللَّهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ، لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ “Dengan nama Allah aku bertawakal kepada Allah, tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan izin Allah.”[41] Setiap kali seseorang keluar dari rumahnya, maka akan ada banyak kegiatan yang dihadapi, sehingga tawakal kepada Allah Subhanahu wa ta’ala itu diperlukan. Tawakal sejatinya adalah ibadah yang tidak dilihat oleh orang lain, namun memiliki nilai yang sangat tinggi di sisi Allah Subhanahu wa ta’ala. Adapun tawakal itu diucapkan atau tidak, Allah Subhanahu wa ta’ala Maha tahu isi hati kita, apakah kita tawakal atau tidak. Oleh karenanya dalam ayat ini Allah Subhanahu wa ta’ala mengingatkan bahwa jika Allah pemilik dan pengatur timur dan barat, maka jangan sampai salah bertawakal. Bertawakallah hanya kepada Allah Subhanahu wa ta’ala yang mengurus seluruh alam semesta dan yang menentukan segala keputusan. Kemudian Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, وَاصْبِرْ عَلَى مَا يَقُولُونَ وَاهْجُرْهُمْ هَجْرًا جَمِيلًا “Dan bersabarlah Muhammad terhadap apa yang mereka katakan dan tinggalkanlah mereka dengan cara yang baik.” QS. Al-Muzzammil 10 Ayat ini adalah dalil yang menguatkan bahwasanya surah Al-Muzzammil adalah surah Makkiyah. Karena Allah Subhanahu wa ta’ala memerintahkan kepada Nabi Shallallahu alaihi wa sallam untuk bersabar atas perkataan orang-orang kafir. Dan Nabi Shallallahu alaihi wa sallam banyak dicerca dan dimaki tatkala beliau masih di Mekkah. Ketika Nabi Shallallahu alaihi wa sallam di Mekkah, beliau Shallallahu alaihi wa sallam dituduh sebagai dukun, penyihir, orang yang tersihir, pendusta, orang yang keluar dari ajaran nenek moyangnya, pemutus silaturahim, orang gila, dan tuduhan-tuduhan buruk lainnya disematkan kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Maka ayat ini Allah turunkan untuk mengajarkan Nabi Shallallahu alaihi wa sallam untuk bersabar terhadap berbagai tuduhan dan cercaan orang-orang kafir. Allah Subhanahu wa ta’ala juga mengingatkan dalam ayat ini bahwa tidak perlu Nabi Shallallahu alaihi wa sallam membalas perbuatan-perbuatan buruk orang-orang kafir tersebut. Seakan-akan Allah Subhanahu wa ta’ala memerintahkan Nabi Shallallahu alaihi wa sallam untuk Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersikap acuh tak acuh dengan sikap mereka dan terus melanjutkan dakwahnya. Dan hal ini juga perlu untuk diperhatikan oleh para da’i. Bahwa tidak semua orang yang menjelek-jelekkan kita atau menjatuhkan kita harus kita tanggapi. Seharusnya kita bersikap tak acuh terhadap mereka. Karena orang-orang yang suka menjatuhkan orang lain itu akan terus ada selama Iblis masih hidup. Dan Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا مِنَ الْمُجْرِمِينَ وَكَفَى بِرَبِّكَ هَادِيًا وَنَصِيرًا “Dan demikianlah Kami jadikan bagi setiap nabi musuh dari orang-orang yang berdosa. Tetapi cukuplah Tuhanmu menjadi pemberi petunjuk dan penolong.” QS. Al-Furqan 31 Kalau para Nabi yang sangat mulia Allah siapkan bagi mereka musuh, maka demikian pula Allah Subhanahu wa ta’ala telah menyiapkan musuh bagi pengikutnya. Maka jangan kita bermimpi bahwa kita berdakwah memperjuangkan Islam tanpa ada musuh, sungguh hal tersebut adalah hal yang mustahil. Akan tetapi di antara cara menyikapi musuh-musuh tersebut adalah tidak memperdulikan perbuatan mereka terhadap kita. Kemudian Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, وَذَرْنِي وَالْمُكَذِّبِينَ أُولِي النَّعْمَةِ وَمَهِّلْهُمْ قَلِيلًا “Dan biarkanlah Aku yang bertindak terhadap orang-orang yang mendustakan, yang memiliki segala kenikmatan hidup, dan berilah mereka penangguhan sebentar.” QS. Al-Muzzammil 11 Yang dimaksud dengan أُولِي النَّعْمَةِ dalam ayat ini di antaranya mereka adalah para pembesar-pembesar Quraisy seperti Al-Walid Ibnul Mughirah dari Bani Makhzum, Abu Jahal dan saudara-saudaranya. Yang dimaksud juga adalah orang-orang kaya lagi sombong yang memiliki kedudukan di kota Mekah[42]. Dan Allah Subhanahu wa ta’ala meminta kepada Nabi Shallallahu alaihi wa sallam untuk menangguhkan mereka dan menyerahkan mereka menjadi urusan Allah Subhanahu wa ta’ala. Para ulama mengatakan bahwa mereka akhirnya meninggal dalam perang Badr. Lihatlah kesabaran Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, beliau menunggu dengan waktu yang cukup lama, kurang lebih lima belas tahun untuk menanti orang-orang kafir binasa sesuai janji Allah Subhanahu wa ta’ala. Maka tatkala kita disakiti oleh seseorang, seharusnya kita ridha terhadap mereka dengan menyerahkan mereka kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Yakinlah bahwasanya Allah Subhanahu wa ta’ala punya cara untuk mengurusi orang-orang yang demikian. Kemudian Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, إِنَّ لَدَيْنَا أَنْكَالًا وَجَحِيمًا، وَطَعَامًا ذَا غُصَّةٍ وَعَذَابًا أَلِيمًا، يَوْمَ تَرْجُفُ الْأَرْضُ وَالْجِبَالُ وَكَانَتِ الْجِبَالُ كَثِيبًا مَهِيلًا “Sungguh, di sisi Kami ada belenggu-belenggu yang berat dan neraka yang menyala-nyala, dan ada makanan yang menyumbat di kerongkongan dan azab yang pedih, yaitu pada hari ketika bumi dan gunung-gunung berguncang keras, dan menjadilah gunung-gunung itu seperti onggokan pasir yang dicurahkan” QS. Al-Muzzammil 12 Ayat ini merupakan janji Allah Subhanahu wa ta’ala jika mereka orang-orang kafir Quraisy tidak mendapatkan azab di dunia, mereka pasti akan mendapatkan azab di akhirat. Terkadang ada di antara kita yang merasa sudah tidak kuat dalam menghadapi orang-orang yang zalim karena mereka tetap eksis dalam kehidupan ini. Sebut saja Fir’aun yang hidup dalam kezaliman dalam waktu yang lama. Disebutkan dalam sebagian literatur bahwa usianya sangat panjang[43]. Karena usianya panjang dan belum meninggal itulah yang membuat dia mengira bahwa dia adalah Tuhan. Kalau bukan karena mengejar Nabi Musa alaihissalam dan pengikutnya, maka mungkin dia akan eksis terus di Mesir. Sampai suatu ketika Allah Subhanahu wa ta’ala memerintahkan Nabi Musa alaihissalam yang kabur untuk memberikan kebinasaan bagi Fir’aun. Demikian pula kisah Ashabul Kahfi yang kabur ke dalam gua dan tidur selama tiga ratus tahun lebih lamanya. Setelah tiga ratus tahun lebih barulah runtuh kesyirikan di negeri mereka. Sungguh kezaliman itu akan hilang, hanya saja bisa berlangsung lama untuk mencapainya. Dan betapa banyak orang yang zalim dibiarkan hidup tanpa azab agar Allah Subhanahu wa ta’ala membalas mereka di akhirat. Oleh karenanya ayat ini menerangkan bahwa jika orang-orang zalim tidak mendapatkan azab di dunia, maka mereka pasti akan mendapatkan azab di akhirat. وَلَا تَحْسَبَنَّ اللَّهَ غَافِلًا عَمَّا يَعْمَلُ الظَّالِمُونَ إِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍ تَشْخَصُ فِيهِ الْأَبْصَارُ “Dan janganlah engkau mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang yang zalim. Sesungguhnya Allah menangguhkan mereka sampai hari yang pada waktu itu mata mereka terbelalak.” QS. Ibrahim 42 Maka bukan berarti jika Allah Subhanahu wa ta’ala tidak balas perbuatan di dunia menunjukkan bahwa Allah Subhanahu wa ta’ala lupa dengan perbuatan mereka. Allah Subhanahu wa ta’ala ingat dengan perbuatan mereka, hanya saja Allah tunda hukuman bagi mereka hingga hari kiamat. Oleh karenanya bukan menjadi syarat bahwa orang zalim itu harus gugur di dunia. Yang terpenting adalah bagaimana sikap kita dalam menghadapi kezaliman tersebut. Sungguh azab di dunia bagi orang-orang zalim itu kecil. Oleh karenanya Allah Subhanahu wa ta’ala menangguhkan mereka untuk mendapatkan azab yang lebih berat di hari kiamat kelak. Dan ayat ini menjelaskan bahwa kelak mereka akan diberi azab berupa belenggu-belenggu di neraka jahannam dan makanan berduri yang makanan tersebut akan tersangkut di leher dan membuat mereka tersedak. Kalau di dunia tersedak tulang ikan saja sudah tidak mengenakkan, maka bagaimana lagi dengan makanan penghuni neraka jahannam? Dan Allah Subhanahu wa ta’ala mengatakan bahwa bagi mereka ada lagi azab yang lebih pedih dari itu. Kapan mereka akan diberikan azab tersebut? Yaitu ketika hari kiamat telah tiba, yaitu ketika gunung-gunung batu yang sebelumnya kokoh berguncang dan menjadi debu yang berterbangan. Maka pada saat itulah orang-orang para pendusta akan disiksa oleh Allah Subhanahu wa ta’ala. Kemudian Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, إِنَّا أَرْسَلْنَا إِلَيْكُمْ رَسُولًا شَاهِدًا عَلَيْكُمْ كَمَا أَرْسَلْنَا إِلَى فِرْعَوْنَ رَسُولًا، فَعَصَى فِرْعَوْنُ الرَّسُولَ فَأَخَذْنَاهُ أَخْذًا وَبِيلًا “Sesungguhnya Kami telah mengutus seorang Rasul Muhammad kepada kamu, yang menjadi saksi terhadapmu, sebagaimana Kami telah mengutus seorang Rasul kepada Firaun. Namun Firaun mendurhakai Rasul itu, maka Kami siksa dia dengan siksaan yang berat.” QS. Al-Muzzammil 15 Mengapa Allah Subhanahu wa ta’ala menyebutkan perumpamaan kisah Fir’aun kepada orang-orang kafir? Itu disebabkan karena berita dibenamkannya Fir’aun di laut merah diketahui oleh orang-orang kafir Quraisy. Maka dengan ayat ini Allah Subhanahu wa ta’ala mengingatkan orang-orang kafir Quraisy bahwa Allah telah mengutus seorang rasul kepada Fir’aun. Maka demikian pula Allah Subhanahu wa ta’ala mengutus kepada mereka seorang rasul yaitu Muhamad Shallallahu alaihi wa sallam. Sehingga Allah Subhanahu wa ta’ala mengingatkan agar mereka tidak ikut mendustakan rasul yang diutus kepada mereka, agar jangan sampai mereka mendustakan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam. Akan tetapi ternyata orang-orang kafir Quraisy tetap mendustakan beliau Shallallahu alaihi wa sallam. Dan Ibnu Katsir rahimahullah berkata, وَأَنْتُمْ أَوْلَى بِالْهَلَاكِ وَالدَّمَارِ إِنْ كَذَّبْتُمْ؛ لِأَنَّ رَسُولَكُمْ أَشْرَفُ وَأَعْظَمُ مِنْ مُوسَى بْنِ عِمْرَانَ “Dan kalian orang-orang kafir Quraisy lebih utama untuk mendapat kebinasaan dan kehancuran bila mendustakan rasul kalian, karena rasul kalian adalah rasul yang paling mulia dan lebih besar daripada Musa ibnu Imran.”[44] Kemudian Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, فَكَيْفَ تَتَّقُونَ إِنْ كَفَرْتُمْ يَوْمًا يَجْعَلُ الْوِلْدَانَ شِيبًا، السَّمَاءُ مُنْفَطِرٌ بِهِ كَانَ وَعْدُهُ مَفْعُولًا، إِنَّ هَذِهِ تَذْكِرَةٌ فَمَنْ شَاءَ اتَّخَذَ إِلَى رَبِّهِ سَبِيلًا “Lalu bagaimanakah kamu akan dapat menjaga dirimu jika kamu tetap kafir kepada hari yang menjadikan anak-anak beruban. Langit terbelah pada hari itu. Janji Allah pasti terlaksana. Sungguh, ini adalah peringatan. Barangsiapa menghendaki, niscaya dia mengambil jalan yang lurus kepada Tuhannya.” QS. Al-Muzzammil 17-19 Hari kiamat adalah hari yang sangat dahsyat, sampai-sampai anak-anak tiba-tiba menjadi beruban. Tentang firman Allah Subhanahu wa ta’ala يَوْمًا يَجْعَلُ الْوِلْدَانَ شِيبًا, ada dua makna tentang ayat ini, yaitu makna hakiki dan makna majazi. Makna hakiki artinya adalah anak-anak yang mendapati hari kiamat, kondisinya memang beruban. Makna majazi artinya jika ada anak-anak yang mendapati hari kiamat, maka rambutnya menjadi uban karena saking takutnya[45]. Demikianlah hari kiamat, saking dahsyatnya pun sampai-sampai langit akan terbelah pada hari itu. Maka Allah Subhanahu wa ta’ala memberikan pilihan, barangsiapa yang mau mengambil jalan menuju Allah, maka dipersilahkan. Dan barangsiapa yang enggan untuk bertaubat maka tidak mengapa bagi Allah Subhanahu wa ta’ala. Kemudian Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, إِنَّ رَبَّكَ يَعْلَمُ أَنَّكَ تَقُومُ أَدْنَى مِنْ ثُلُثَيِ اللَّيْلِ وَنِصْفَهُ وَثُلُثَهُ وَطَائِفَةٌ مِنَ الَّذِينَ مَعَكَ وَاللَّهُ يُقَدِّرُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ عَلِمَ أَنْ لَنْ تُحْصُوهُ فَتَابَ عَلَيْكُمْ فَاقْرَءُوا مَا تَيَسَّرَ مِنَ الْقُرْآنِ عَلِمَ أَنْ سَيَكُونُ مِنْكُمْ مَرْضَى وَآخَرُونَ يَضْرِبُونَ فِي الْأَرْضِ يَبْتَغُونَ مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَآخَرُونَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَاقْرَءُوا مَا تَيَسَّرَ مِنْهُ وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَأَقْرِضُوا اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا وَمَا تُقَدِّمُوا لِأَنْفُسِكُمْ مِنْ خَيْرٍ تَجِدُوهُ عِنْدَ اللَّهِ هُوَ خَيْرًا وَأَعْظَمَ أَجْرًا وَاسْتَغْفِرُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ “Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwa engkau Muhammad berdiri shalat kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan demikian pula segolongan dari orang-orang yang bersamamu. Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu tidak dapat menentukan batas-batas waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah bagimu dari Al-Qur’an; Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit, dan yang lain berjalan di bumi mencari sebagian karunia Allah; dan yang lain berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah bagimu dari Al-Qur’an dan laksanakanlah shalat, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh balasannya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” QS. Al-Muzzammil 20 Disebutkan oleh para ulama bahwasanya ayat ini memansukhkan ayat-ayat di awal surah, يَاأَيُّهَا الْمُزَّمِّلُ، قُمِ اللَّيْلَ إِلَّا قَلِيلًا “Wahai orang yang berselimut Muhammad! Bangunlah untuk shalat pada malam hari, kecuali sebagian kecil.” QS. Al-Muzzammil 1-2 Para ulama menyebutkan bahwa sejak turunnya ayat di awal surah Al-Muzzammil ini, maka sejak saat itu Nabi Shallallahu alaihi wa sallam wajib untuk melaksanakan shalat malam. Ada khilaf di kalangan para ulama tentang apakah shalat malam juga diwajibkan kepada umat atau hanya kepada Nabi Shallallahu alaihi wa sallam. Ada yang menyebutkan bahwa kewajiban itu hanya berlaku kepada Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, hanya saja para sahabat ikut shalat bersama beliau. Ada pula yang berpendapat bahwa wajib bagi Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dan juga umatnya untuk shalat berjam-jam. Adapun berapa lama shalat malam diwajibkan, ada sebuah hadits yang menyebutkan bahwa hal itu berlangsung selama satu tahun, dan adapula riwayat yang menyebutkan selama enam belas bulan. Dan bahkan ada yang menyebutkan hal itu diwajibkan selama Nabi Shallallahu alaihi wa sallam di Mekkah yaitu sekitar sepuluh tahun. Ini semua menunjukkan bahwa ibadah shalat malam adalah ibadah yang mendapatkan perhatian yang tinggi di sisi Allah Subhanahu wa ta’ala. Oleh karenanya Nabi Shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda, عَلَيْكُمْ بِقِيَامِ اللَّيْلِ فَإِنَّهُ دَأَبُ الصَّالِحِينَ قَبْلَكُمْ، وَهُوَ قُرْبَةٌ إِلَى رَبِّكُمْ، وَمَكْفَرَةٌ لِلسَّيِّئَاتِ، وَمَنْهَاةٌ لِلإِثْمِ “Hendaknya kalian melakukan shalat malam karena itu adalah kebiasan orang-orang saleh sebelum kalian, dan mendekatkan kepada Tuhan kalian, menghapus keburukan, serta mencegah dosa.”[46] Tatkala shalat malam diwajibkan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala, para sahabat merasa berat untuk shalat berjam-jam setiap hari. Oleh karenanya Allah Subhanahu wa ta’ala menurunkan ayat terakhir dari surah Al-Muzzammil ini untuk memansukhkan hukum awal, sehingga yang sebelumnya wajib menjadi sunnah. Akan tetapi ada khilaf di kalangan para ulama bahwa shalat malam tetap wajib bagi Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, dan menjadi sunnah bagi para umat beliau. Firman Allah Subhanahu wa ta’ala, إِنَّ رَبَّكَ يَعْلَمُ أَنَّكَ تَقُومُ أَدْنَى مِنْ ثُلُثَيِ اللَّيْلِ وَنِصْفَهُ وَثُلُثَهُ وَطَائِفَةٌ مِنَ الَّذِينَ مَعَكَ “Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwa engkau Muhammad berdiri shalat kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan demikian pula segolongan dari orang-orang yang bersamamu.” Ini merupakan dalil bahwasanya shalat malam juga dikerjakan oleh para sahabat yang lain. Firman Allah Subhanahu wa ta’ala, وَاللَّهُ يُقَدِّرُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ عَلِمَ أَنْ لَنْ تُحْصُوهُ فَتَابَ عَلَيْكُمْ فَاقْرَءُوا مَا تَيَسَّرَ مِنَ الْقُرْآنِ “Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu tidak dapat menentukan batas-batas waktu itu, maka Dia menerima taubat kalian memberi keringanan kepada kalian, karena itu bacalah apa yang mudah bagimu dari Al-Qur’an.” Ini menunjukkan bahwa hanya Allah Subhanahu wa ta’ala yang tahu apakah setengah atau sepertiga malam telah lewat. Dan dahulu para sahabat hanya mengira-ngira berapa lama mereka shalat malam. Dan Allah Subhanahu wa ta’ala tahu bahwa Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabat tidak mampu untuk terus-terusan shalat lebih dari setengah malam setiap harinya. Maka ayat ini memansukhkan hukum sebelumnya yang mengharuskan shalat hingga kurang lebih setengah malam menjadi semampu Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabat. Oleh karenanya pada saat ini kita dapati bahwa shalat malam jika dikerjakan setengah jam tidak menjadi masalah, bahkan jika hanya satu rakaat pun tidak dipermasalahkan. Karena dahulu tidak boleh shalat malam dengan waktu yang singkat, minimal waktu yang diberikan Allah Subhanahu wa ta’ala adalah kurang sedikit dari seperdua malam. Firman Allah Subhanahu wa ta’ala, عَلِمَ أَنْ سَيَكُونُ مِنْكُمْ مَرْضَى وَآخَرُونَ يَضْرِبُونَ فِي الْأَرْضِ يَبْتَغُونَ مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَآخَرُونَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَاقْرَءُوا مَا تَيَسَّرَ مِنْهُ “Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit, dan yang lain berjalan di bumi mencari sebagian karunia Allah; dan yang lain berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah bagimu.” Pada ayat ini Allah Subhanahu wa ta’ala memaparkan tentang kenapa Allah Subhanahu wa ta’ala memansukhkan shalat malam. Allah Subhanahu wa ta’ala melihat bahwa di sana ada orang-orang yang memiliki uzur, yaitu orang sakit, orang yang bersafar mencari nafkah, dan orang yang berjihad di jalan Allah. Shalat malam untuk orang yang bersafar untuk mencari nafkah adalah hal yang berat, karena bisa jadi urusannya dalam mencari nafkah bisa terhambat atau bahkan terhenti karena siang hari digunakan untuk tidur. Demikian pula orang yang berjihad berperang. Kalau shalat dengan waktu yang lama, maka bisa jadi tidak ada lagi tenaga untuk berperang keesokan harinya. Oleh karenanya Allah menjadikan para sahabat tidur pada perang Badr. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, إِذْ يُغَشِّيكُمُ النُّعَاسَ أَمَنَةً مِنْهُ “Ingatlah, ketika Allah membuat kamu mengantuk untuk memberi ketenteraman dari-Nya.” QS. Al-Anfal 11 Allah membuat para sahabat tidur agar keesokan harinya bisa segar untuk berperang. Oleh karenanya orang-orang yang disebutkan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala memiliki uzur untuk bisa tidak shalat malam. Dan karena kesusahan tersebut akhirnya yang tidak memiliki uzur pun juga tidak lagi menjadi wajib bagi mereka untuk shalat malam, sehingga pilihan kembali kepada pribadi masing-masing. Oleh karenanya Allah Subhanahu wa ta’ala mengatakan, وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا “Dan pada sebagian malam, lakukanlah shalat tahajud sebagai suatu ibadah sebagai tambahan bagimu sunnah mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji.” QS. Al-Isra’ 79 Dan para ulama, di antaranya Al-Qurthubi mengatakan bahwa ini adalah dalil bahwa orang yang mencari nafkah yang halal itu kedudukannya sama dengan orang yang berjihad. Beliau Al-Qurthubi berkata, سَوَّى اللَّهُ تَعَالَى فِي هَذِهِ الْآيَةِ بَيْنَ دَرَجَةِ الْمُجَاهِدِينَ وَالْمُكْتَسِبِينَ الْمَالَ الْحَلَالَ لِلنَّفَقَةِ عَلَى نَفْسِهِ وَعِيَالِهِ، وَالْإِحْسَانِ وَالْإِفْضَالِ، فَكَانَ هَذَا دَلِيلًا عَلَى أَنَّ كَسْبَ الْمَالِ بِمَنْزِلَةِ الْجِهَادِ، لِأَنَّهُ جَمَعَهُ مَعَ الْجِهَادِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ “Allah menyamakan dalam ayat ini antara derajat orang-orang yang berjihad dengan orang yang mencari harta yang halal untuk menafkahi diri dan keluarganya, dan untuk berbuat kebaikan dan keutamaan. Maka ini adalah dalil bahwa mencari harta yang halal kedudukannya sama seperti jihad, karena Allah mengumpulkan antara mencari harta yang halal dengan jihad di jalan Allah.”[47] Oleh karenanya ini adalah dalil bahwa pentingnya bagi kita dalam mencari nafkah untuk memerhatikan niat kita. Karena menurut Al-Qurthubi seseorang yang pergi keluar pagi pulang di sore hari atau di malam hari karena mencari nafkah itu adalah jihad. Oleh karenanya jangan sampai seseorang mendapatkan harta dari cara-cara yang haram seperti mencuri, korupsi, dan cara haram lainnya. Firman Allah Subhanahu wa ta’ala, وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَأَقْرِضُوا اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا “Dan laksanakanlah shalat, tunaikanlah zakat dan berinfaklah kepada Allah infak yang baik.” Di dalam ayat ini, Allah Subhanahu wa ta’ala memerintahkan berinfak dengan menggunakan kata قَرْض hutang. Artinya adalah infak yang kita keluarkan adalah utang bagi Allah Subhanahu wa ta’ala terhadap kita. Dan para ulama menyebutkan bahwa Allah menggunakan kata utang pinjaman dalam ayat ini agar kita tenang. Karena sebagaimana kita tenang ketika uang kita dipinjam oleh orang yang kaya raya yang pasti akan mengembalikan uang tersebut, maka demikianlah Allah Subhanahu wa ta’ala yang Maha Kaya pasti akan mengembalikan pinjamannya. Dan seringnya Allah Subhanahu wa ta’ala mengembalikan pinjamannya dengan yang lebih baik atau lebih banyak. Maka jika kita tidak boleh praktik riba dengan manusia, maka di sini kita boleh melakukan transaksi riba dengan Allah Subhanahu wa ta’ala, karena demikianlah Allah ketika memberikan balasan kepada hamba-hamba-Nya. Firman Allah Subhanahu wa ta’ala, وَمَا تُقَدِّمُوا لِأَنْفُسِكُمْ مِنْ خَيْرٍ تَجِدُوهُ عِنْدَ اللَّهِ هُوَ خَيْرًا وَأَعْظَمَ أَجْرًا وَاسْتَغْفِرُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ “Kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh balasannya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” Ayat ini mengingatkan kita bahwasanya kebaikan-kebaikan yang kita lakukan bukan untuk Allah Subhanahu wa ta’ala atau orang lain, melainkan untuk diri kita sendiri. Yang paling mendapat untung dari kebaikan-kebaikan kita bukanlah orang yang kita berbuat baik kepadanya, akan tetapi diri kita yang lebih mendapatkan untung dari kebaikan tersebut. Bahkan dalam ayat ini Allah Subhanahu wa ta’ala menegaskan bahwa keuntungan yang kita dapatkan adalah yang lebih baik dari apa yang kita perbuat. Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah berkata dengan perkataan yang sangat indah, وَلِيُعلَمْ أَنَّ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ مِنَ الخَيرِ فِي هَذِهِ الدَّارِ، يُقَابٍلُهُ أَضْعَافُ أَضْعَافِ الدُّنْيَا، وَمَا عَلَيْها فِي دَارِ النَّعِيمِ المقِيمِ، مِنَ اللَّذَّاتِ والشَّهَوَاتِ، وَأَنَّ الخَيْر َوَالبِرَّ فِي هَذِهِ الدُّنْيَا، مَادَّةُ الخَيْرِ والبِّرِ فِي دَارِ القَرَارِ، وبذْرُهُ وأَصْلُهُ وأَسَاسُهُ، فَوَاأَسَفَاه عَلَى أَوْقَاتٍ مَضَتْ فِي الغَفلاَتِ، ووَاحَسْرَتَاه عَلَى أزْمَانٍ تَقَضَت بِغَيرِ الأَعْمَالِ الصَّالِحَاتِ “Ketahuilah bahwa kebajikan meskipun sekecil zarrah yang dilakukan di bumi ini, akan diganti dengan berlipat-lipat ganda dari dunia ini, dan kenikmatan yang disiapkan di akhirat kelak dari kesenangan dan syahwat, dan bahwa kebaikan di dunia ini merupakan bahan kebaikan di negeri yang kekal; sebagai benihnya, asalnya dan asasnya. Sungguh menyedihkan, ketika waktu berlalu bagi hamba begitu saja dengan kelalaian. Dan sungguh penyesalan, ketika waktu bergulir tanpa amal saleh.”[48] Pernyataan ini benar, karena dalam suatu sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam menjelaskan, رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا “Dua rakaat fajar lebih baik daripada dunia seisinya.”[49] Kalau sekiranya ada seseorang yang diberikan usia hingga lima ribu tahun, kemudian dia berusaha untuk menguasai dunia dan isinya, maka pasti dia tidak akan mampu. Dan tidak ada raja yang pernah menguasai seluruh bumi dan isinya. Akan tetapi Nabi Shallallahu alaihi wa sallam mengatakan bahwa dua rakaat sebelum subuh akan diberikan balasan yang lebih baik daripada dunia dan seisinya. Nabi Shallallahu alaihi wa sallam tidak mengatakan bahwa dua rakaat fajar itu sama dengan dunia, melainkan beliau mengatakan dua rakaat itu jauh lebih baik. Maka setiap detik waktu yang kita gunakan untuk amal saleh maka pasti akan ada hasilnya balasannya serta berlipat ganda. Allah Subhanahu wa ta’ala kemudian menutup firman-Nya untuk beristighfar memohon ampun. Karena bagaimana pun seseorang dalam mengerjakan perintah Allah, pasti ada kekurangan-kekurangan seperti ujub, malas, niat yang salah, dan yang lainnya yang membuat kita harus beristighfar. Maka Allah Subhanahu wa ta’ala memerintahkan kita untuk beristighfar untuk menutup segala kekurangan-kekurangan dari amal kebaikan kita. __________________________________________________________________________- [1] Lihat Tafsir At-Tahrir wat tanwir karya Ibnu asyur 29/252 [2] Tafsir Al-Qurthuby 19/32 [3] HR. Bukhari no. 3, Muslim no. 160 [4] Tafsir Al-Qurthuby 19/33 [5] HR. Bukhari no. 441 dan HR. Muslim no. 2409 [6] HR. Muslim no. 1788 [7] Lihat Tafsir Al-Qurthuby 19/33 [8] HR. Bukhari no. 1131 dan HR. Muslim no. 1159 [9] HR. Abu Daud no. 1464 [10] Lihat Tafsir ibnu katsir 8/250, Tafsir Al-Qurthuby 19/37. [11] Diriwayatkan oleh Ibnul Mubarok dalam Az-zuhdu dan Ibnu Abi syaibah 14/11 dengan lafadz “Bahwasanya seorang sahabat Nabi ﷺ pernah mendengar seseorang membaca Al-Qur’an…” [12] Umdatul Qaari’ Syarah Shahih Al-Bukhari 7/189. [13] Tafsir Al-Qurthuby 19/37. [14] Tafsir Ibnu Katsir 8/250 [15] HR. Abu Daud no. 1468 dan HR. Ibnu Majah no. 1342 [16] HR. Bukhari no. 7527 [17] HR. Muslim no. 793 [18] Iqtidha Al-Ilm Al-Amal no. 116 [19] Yaitu pengobatan semisal hijamah bekam hanya saja dengan melukai salah satu urat nadi sehingga mengeluarkan darah dengan deras [20] HR. Bukhori no. 2. [21] HR. Ahmad [22] HR. Bukhori no. 4592. [23] Lihat tafsir Al-Qurthuby 19/38 [24] Tafsir As-Sa’dy [25] Al-Madarik hal. 162 [26] HR. Ahmad no. 22345 [27] Lihat Tafsir Al-Qurthuby 19/40, Tafsir Ibnu Katsir 8/251. [28] Majmu’ Al-Fatawa 17/474 [29] HR. Ahmad no. 6626 [30] Tafsir Ibnu Katsir 8/252 [31] Idem. [32] Tafsir Al-Qurthubi 19/43 [33] Idem. [34] Tafsir Al-Qurthubi 19/44 [35] Ahkamul Qur’an karya Ibnul Aroby 4/332, Tafsir Al-Qurthubi 19/44 [36] HR. Bukhari no. 19 [37] HR. Tirmidzi no. 2317 [38] Tafsir Ibnu Katsir 8/255 [39] HR. Bukhari no. 5752 [40] HR. Al-Hakim no. 2000 dalam Al-Mustadrak; HR. An-Nasa’i no. 10330 dalam Sunan Al-Kubro [41] HR. Abu Daud no. 5095 [42] Tafsir Al-Qurthuby 19/45 [43] Asyhab meriwayatkan dari Imam Malik bahwa usia Fir’aun mencapai 440 tahun, lihat Tafsir Al-Bahrul Muhith 9/256. [44] Tafsir Ibnu Katsir 8/256 [45] Tafsir At-Tahrir wat Tanwir 29/275 [46] HR. Tirmidzi no. 3549; diriwayatkan pula oleh Ath-Thabrani dan Al-Hakim [47] Tafsir Al-Qurthubi 19/55 [48] Tafsir As-Sa’di 1/894 [49] HR. Muslim no. 725
Ayat20. Tafsir Surah Al-Muzzammil ayat 20 menjelaskan kembali tafsiran dalam ayat-ayat yang lalu, Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad untuk salat malam, maka dalam ayat ini, Allah menunjukkan kemahapengasihan-Nya kepada hamba-hamba-Nya. Dia memberikan keringanan pada hamba-Nya dengan tidak mewajibkan salat Tahajud setiap malam.
إِنَّ رَبَّكَ يَعۡلَمُ أَنَّكَ تَقُومُ أَدۡنَىٰ مِن ثُلُثَىِ ٱلَّيۡلِ وَنِصۡفَهُۥ وَثُلُثَهُۥ وَطَآئِفَةٌ مِّنَ ٱلَّذِينَ مَعَكَ ۚ وَٱللَّهُ يُقَدِّرُ ٱلَّيۡلَ وَٱلنَّهَارَ ۚ عَلِمَ أَن لَّن تُحۡصُوهُ فَتَابَ عَلَيۡكُمۡ ۖ فَٱقۡرَءُواْ مَا تَيَسَّرَ مِنَ ٱلۡقُرۡءَانِ ۚ عَلِمَ أَن سَيَكُونُ مِنكُم مَّرۡضَىٰ ۙ وَءَاخَرُونَ يَضۡرِبُونَ فِى ٱلۡأَرۡضِ يَبۡتَغُونَ مِن فَضۡلِ ٱللَّهِ ۙ وَءَاخَرُونَ يُقَٰتِلُونَ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ ۖ فَٱقۡرَءُواْ مَا تَيَسَّرَ مِنۡهُ ۚ وَأَقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُواْ ٱلزَّكَوٰةَ وَأَقۡرِضُواْ ٱللَّهَ قَرۡضًا حَسَنًا ۚ وَمَا تُقَدِّمُواْ لِأَنفُسِكُم مِّنۡ خَيۡرٍ تَجِدُوهُ عِندَ ٱللَّهِ هُوَ خَيۡرًا وَأَعۡظَمَ أَجۡرًا ۚ وَٱسۡتَغۡفِرُواْ ٱللَّهَ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ إِنَّ رَبَّكَ يَعۡلَمُ أَنَّكَ تَقُومُ أَدۡنَىٰ مِن ثُلُثَىِ ٱلَّيۡلِ وَنِصۡفَهُۥ وَثُلُثَهُۥ وَطَآئِفَةٌ مِّنَ ٱلَّذِينَ مَعَكَ ۚ وَٱللَّهُ يُقَدِّرُ ٱلَّيۡلَ وَٱلنَّهَارَ ۚ عَلِمَ أَن لَّن تُحۡصُوهُ فَتَابَ عَلَيۡكُمۡ ۖ فَٱقۡرَءُواْ مَا تَيَسَّرَ مِنَ ٱلۡقُرۡءَانِ ۚ عَلِمَ أَن سَيَكُونُ مِنكُم مَّرۡضَىٰ ۙ وَءَاخَرُونَ يَضۡرِبُونَ فِى ٱلۡأَرۡضِ يَبۡتَغُونَ مِن فَضۡلِ ٱللَّهِ ۙ وَءَاخَرُونَ يُقَٰتِلُونَ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ ۖ فَٱقۡرَءُواْ مَا تَيَسَّرَ مِنۡهُ ۚ وَأَقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُواْ ٱلزَّكَوٰةَ وَأَقۡرِضُواْ ٱللَّهَ قَرۡضًا حَسَنًا ۚ وَمَا تُقَدِّمُواْ لِأَنفُسِكُم مِّنۡ خَيۡرٍ تَجِدُوهُ عِندَ ٱللَّهِ هُوَ خَيۡرًا وَأَعۡظَمَ أَجۡرًا ۚ وَٱسۡتَغۡفِرُواْ ٱللَّهَ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ وَنِصۡفَهُۥ dan/atau separuhnya وَثُلُثَهُۥ dan/atau sepertiganya وَطَآئِفَةٞ dan segolongan ٱلَّذِينَ orang-orang yang فَتَابَ maka Dia menerima taubat فَٱقۡرَءُواْ maka bacalah ٱلۡقُرۡءَانِۚ Al Qur'an ini مَّرۡضَىٰ orang-orang yang sakit وَءَاخَرُونَ dan yang lain يَضۡرِبُونَ mereka berjalan يَبۡتَغُونَ mereka mencari وَءَاخَرُونَ dan yang lain يُقَٰتِلُونَ mereka berperang فَٱقۡرَءُواْ maka bacalah وَأَقِيمُواْ dan dirikanlah وَأَقۡرِضُواْ dan berikan pinjaman تُقَدِّمُواْ kamu kerjakan لِأَنفُسِكُم untuk dirimu تَجِدُوهُ kamu perolehnya وَأَعۡظَمَ dan lebih besar وَٱسۡتَغۡفِرُواْ dan mohon ampunlah وَنِصۡفَهُۥ dan/atau separuhnya وَثُلُثَهُۥ dan/atau sepertiganya وَطَآئِفَةٞ dan segolongan ٱلَّذِينَ orang-orang yang فَتَابَ maka Dia menerima taubat فَٱقۡرَءُواْ maka bacalah ٱلۡقُرۡءَانِۚ Al Qur'an ini مَّرۡضَىٰ orang-orang yang sakit وَءَاخَرُونَ dan yang lain يَضۡرِبُونَ mereka berjalan يَبۡتَغُونَ mereka mencari وَءَاخَرُونَ dan yang lain يُقَٰتِلُونَ mereka berperang فَٱقۡرَءُواْ maka bacalah وَأَقِيمُواْ dan dirikanlah وَأَقۡرِضُواْ dan berikan pinjaman تُقَدِّمُواْ kamu kerjakan لِأَنفُسِكُم untuk dirimu تَجِدُوهُ kamu perolehnya وَأَعۡظَمَ dan lebih besar وَٱسۡتَغۡفِرُواْ dan mohon ampunlah Terjemahan Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwa engkau Nabi Muhammad berdiri salat kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan demikian pula segolongan dari orang-orang yang bersamamu. Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu tidak dapat menghitungnya secara terperinci waktu-waktu tersebut sehingga menyulitkanmu dalam melaksanakan salat malam. Maka, Dia kembali memberi keringanan kepadamu. Oleh karena itu, bacalah ayat Al-Qur’an yang mudah bagimu. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit, dan yang lain berjalan di bumi mencari sebagian karunia Allah serta yang lain berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah bagimu darinya Al-Qur’an. Tegakkanlah salat, tunaikanlah zakat, dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh balasan-nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Mohonlah ampunan kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Tafsir Sesungguhnya Rabbmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri, salat, kurang kurang sedikit dari dua pertiga malam, atau seperdua malam, atau sepertiganya jika dibaca nishfihi dan tsulutsihi berarti diathafkan kepada lafal tsulutsay; dan jika dibaca nishfahu dan tsulutsahu berarti diathafkan kepada lafal adnaa. Pengertian berdiri atau melakukan salat sunat di malam hari di sini pengertiannya sama dengan apa yang terdapat di awal surah ini, yakni sesuai dengan apa yang telah diperintahkan Allah kepadanya dan segolongan dari orang-orang yang bersama kamu lafal ayat ini diathafkan kepada dhamir yang terkandung di dalam lafal taquumu, demikian pula sebagian orang-orang yang bersamamu. Pengathafan ini diperbolehkan sekalipun tanpa mengulangi huruf taukidnya, demikian itu karena mengingat adanya fashl atau pemisah. Makna ayat secara lengkap, dan segolongan orang-orang yang bersama kamu yang telah melakukan hal yang sama. Mereka melakukan demikian mengikuti jejak Nabi ﷺ sehingga disebutkan, bahwa ada di antara mereka orang-orang yang tidak menyadari berapa rakaat salat malam yang telah mereka kerjakan, dan waktu malam tinggal sebentar lagi. Sesungguhnya Nabi ﷺ selalu melakukan salat sunah sepanjang malam, karena demi melaksanakan perintah Allah secara hati-hati. Para sahabat mengikuti jejaknya selama satu tahun, atau lebih dari satu tahun, sehingga disebutkan bahwa telapak-telapak kaki mereka bengkak-bengkak karena terlalu banyak salat. Akhirnya Allah ﷻ memberikan keringanan kepada mereka. Dan Allah menetapkan menghitung ukuran malam dan siang. Dia mengetahui bahwa huruf an adalah bentuk takhfif dari anna sedangkan isimnya tidak disebutkan, asalnya ialah annahu kalian sekali-kali tidak dapat menentukan batas waktu-waktu itu yaitu waktu malam hari. Kalian tidak dapat melakukan salat malam sesuai dengan apa yang diwajibkan atas kalian melainkan kalian harus melakukannya sepanjang malam. Dan yang demikian itu memberatkan kalian maka Dia mengampuni kalian artinya, Dia mencabut kembali perintah-Nya dan memberikan keringanan kepada kalian karena itu bacalah apa yang mudah dari Al-Qur'an dalam salat kalian Dia mengetahui, bahwa huruf an adalah bentuk takhfif dari anna, lengkapnya annahu akan ada di antara kalian orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi atau melakukan perjalanan mencari sebagian karunia Allah dalam rangka mencari rezeki-Nya melalui berniaga dan lain-lainnya dan orang-orang yang lain lagi, mereka berperang di jalan Allah ketiga golongan orang-orang tersebut, amat berat bagi mereka hal-hal yang telah disebutkan tadi menyangkut salat malam. Akhirnya Allah memberikan keringanan kepada mereka, yaitu mereka diperbolehkan melakukan salat malam sebatas kemampuan masing-masing. Kemudian ayat ini dinasakh oleh ayat yang mewajibkan salat lima waktu maka bacalah apa yang mudah dari Al-Qur'an sebagaimana yang telah disebutkan di atas dan dirikanlah salat fardu tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah seumpamanya kalian membelanjakan sebagian harta kalian yang bukan zakat kepada jalan kebajikan pinjaman yang baik yang ditunaikan dengan hati yang tulus ikhlas. Dan kebaikan apa saja yang kalian perbuat untuk diri kalian, niscaya kalian akan memperoleh balasannya di sisi Allah sebagai balasan yang jauh lebih baik dari apa yang telah kalian berikan. Lafal huwa adalah dhamir fashal. Lafal maa sekalipun bukan termasuk isim makrifat akan tetapi diserupakan dengan isim makrifat karena tidak menerima takrif dan yang paling besar pahalanya. Mohonlah ampun kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang kepada orang-orang mukmin. Topik
ԵՒно ሞеቻևвобрኔ опсаձαжካ
Иςоւ ላрխሌεщ скаслθ
Վ зупሁдиվуտ
Фо ኞпсывοች ኀևктиրи
Σочаվо εሾиσерዛբեт
Τθсрисрω щጤп
Իጭоբигук ኡνурኑզахр
Հеጤежуφоհ ስаկуջሒջуфա ктоմοбу
ዢፉизաброкл ቯዬωզебаβу
Խ цапсቧч
Пոፈ о гликυሄυշ
Ըцаዪըкохо кочαсуτ
TafsirSurat al-Muzzammil Ayat-4. 4. أَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ ٱلْقُرْءَانَ تَرْتِيلًا. au zid 'alaihi wa rattilil-qur`āna tartīlā. 4. atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan.
Al-Muzzammil 20 ~ Quran Terjemah Perkata dan Tafsir Bahasa Indonesia ۞ اِنَّ رَبَّكَ يَعْلَمُ اَنَّكَ تَقُوْمُ اَدْنٰى مِنْ ثُلُثَيِ الَّيْلِ وَنِصْفَهٗ وَثُلُثَهٗ وَطَاۤىِٕفَةٌ مِّنَ الَّذِيْنَ مَعَكَۗ وَاللّٰهُ يُقَدِّرُ الَّيْلَ وَالنَّهَارَۗ عَلِمَ اَنْ لَّنْ تُحْصُوْهُ فَتَابَ عَلَيْكُمْ فَاقْرَءُوْا مَا تَيَسَّرَ مِنَ الْقُرْاٰنِۗ عَلِمَ اَنْ سَيَكُوْنُ مِنْكُمْ مَّرْضٰىۙ وَاٰخَرُوْنَ يَضْرِبُوْنَ فِى الْاَرْضِ يَبْتَغُوْنَ مِنْ فَضْلِ اللّٰهِ ۙوَاٰخَرُوْنَ يُقَاتِلُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۖفَاقْرَءُوْا مَا تَيَسَّرَ مِنْهُۙ وَاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَاٰتُوا الزَّكٰوةَ وَاَقْرِضُوا اللّٰهَ قَرْضًا حَسَنًاۗ وَمَا تُقَدِّمُوْا لِاَنْفُسِكُمْ مِّنْ خَيْرٍ تَجِدُوْهُ عِنْدَ اللّٰهِ ۙهُوَ خَيْرًا وَّاَعْظَمَ اَجْرًاۗ وَاسْتَغْفِرُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ ࣖ المزّمّل ٢٠ innaإِنَّIndeedsesungguhnyarabbakaرَبَّكَyour LordTuhanmuyaʿlamuيَعْلَمُknowsmengetahuiannakaأَنَّكَthat youbahwa kamutaqūmuتَقُومُstandkamu berdiriadnāأَدْنَىٰa little lesskurangminمِنthandarithuluthayiثُلُثَىِtwo thirdsdua pertigaal-layliٱلَّيْلِof the nightmalamwaniṣ'fahuوَنِصْفَهُۥand half of itdan/atau separuhnyawathuluthahuوَثُلُثَهُۥand a third of itdan/atau sepertiganyawaṭāifatunوَطَآئِفَةٌand so do a groupdan segolonganminaمِّنَofdarialladhīnaٱلَّذِينَthose whoorang-orang yangmaʿakaمَعَكَۚare with youbersama kamuwal-lahuوَٱللَّهُAnd Allahdan Allahyuqaddiruيُقَدِّرُdeterminesmenetapkanal-laylaٱلَّيْلَthe nightmalamwal-nahāraوَٱلنَّهَارَۚand the daydan siangʿalimaعَلِمَHe knowsDia mengetahuianأَنthatbahwalanلَّنnottidak dapattuḥ'ṣūhuتُحْصُوهُyou count itmenentukannyafatābaفَتَابَso He has turnedmaka Dia menerima taubatʿalaykumعَلَيْكُمْۖto youatas kalianfa-iq'raūفَٱقْرَءُوا۟so recitemaka bacalahmāمَاwhatapatayassaraتَيَسَّرَis easykamu mudahminaمِنَofdaril-qur'āniٱلْقُرْءَانِۚthe QuranAl Qur'an iniʿalimaعَلِمَHe knowsDia mengetahuianأَنthatbahwasayakūnuسَيَكُونُthere will beakan adaminkumمِنكُمamong youdiantara kamumarḍāمَّرْضَىٰۙsickorang-orang yang sakitwaākharūnaوَءَاخَرُونَand othersdan yang lainyaḍribūnaيَضْرِبُونَtravelingmereka berjalanfīفِىindil-arḍiٱلْأَرْضِthe landbumiyabtaghūnaيَبْتَغُونَseekingmereka mencariminمِنofdarifaḍliفَضْلِthe Bountykarunial-lahiٱللَّهِۙof AllahAllahwaākharūnaوَءَاخَرُونَand othersdan yang lainyuqātilūnaيُقَٰتِلُونَfightingmereka berperangfīفِىindi/padasabīliسَبِيلِthe wayjalanl-lahiٱللَّهِۖof AllahAllahfa-iq'raūفَٱقْرَءُوا۟So recitemaka bacalahmāمَاwhatapatayassaraتَيَسَّرَis easykamu mudahmin'huمِنْهُۚof itdaripadanyawa-aqīmūوَأَقِيمُوا۟and establishdan dirikanlahl-ṣalataٱلصَّلَوٰةَthe prayersholatwaātūوَءَاتُوا۟and givedan tunaikanl-zakataٱلزَّكَوٰةَthe zakahzakatwa-aqriḍūوَأَقْرِضُوا۟and loandan berikan pinjamanl-lahaٱللَّهَAllahAllahqarḍanقَرْضًاa loanpinjamanḥasananحَسَنًاۚgoodlyyang baikwamāوَمَاAnd whateverdan apatuqaddimūتُقَدِّمُوا۟you send forthkamu kerjakanli-anfusikumلِأَنفُسِكُمfor yourselvesuntuk dirimuminمِّنْofdarikhayrinخَيْرٍgoodkebaikantajidūhuتَجِدُوهُyou will find itkamu perolehnyaʿindaعِندَwithdi sisil-lahiٱللَّهِAllahAllahhuwaهُوَItDiakhayranخَيْرًاis betterbaikwa-aʿẓamaوَأَعْظَمَand greaterdan lebih besarajranأَجْرًاۚin rewardpahalawa-is'taghfirūوَٱسْتَغْفِرُوا۟And seek forgivenessdan mohon ampunlahl-lahaٱللَّهَۖof AllahAllahinnaإِنَّIndeedsesungguhnyal-lahaٱللَّهَAllahAllahghafūrunغَفُورٌis Oft-ForgivingMaha PengampunraḥīmunرَّحِيمٌۢMost MercifulMaha penyayang Transliterasi Latin Inna rabbaka ya'lamu annaka taqụmu adnā min ṡuluṡayil-laili wa niṣfahụ wa ṡuluṡahụ wa ṭā`ifatum minallażīna ma'ak, wallāhu yuqaddirul-laila wan-nahār, 'alima al lan tuḥṣụhu fa tāba 'alaikum faqra`ụ mā tayassara minal-qur`ān, 'alima an sayakụnu mingkum marḍā wa ākharụna yaḍribụna fil-arḍi yabtagụna min faḍlillāhi wa ākharụna yuqātilụna fī sabīlillāhi faqra`ụ mā tayassara min-hu wa aqīmuṣ-ṣalāta wa ātuz-zakāta wa aqriḍullāha qarḍan ḥasanā, wa mā tuqaddimụ li`anfusikum min khairin tajidụhu 'indallāhi huwa khairaw wa a'ẓama ajrā, wastagfirullāh, innallāha gafụrur raḥīm QS. 7320 Arti / Terjemahan Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri sembahyang kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan demikian pula segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah bagimu dari Al Quran. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah bagimu dari Al Quran dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh balasannya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. QS. Al-Muzzammil ayat 20 Tafsir Ringkas KemenagKementrian Agama RI Jalan lurus menuju Tuhan mungkin dirasakan berat bagi sementara orang, maka ayat ini memberi petunjuk solusinya. Sesungguhnya Tuhanmu senantiasa mengetahui bahwa engkau, wahai Nabi Muhammad, terkadang berdiri untuk mengerjakan salat kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan demikian pula segolongan dari orang-orang yang bersamamu yaitu para sahabat yang mengikutimu. Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu tidak dapat menentukan batas-batas waktu itu secara pasti dan rinci dalam melaksanakan salat, maka Dia memberi keringanan kepadamu menyangkut apa yang telah ditetapkan-Nya sebelum ini, karena itu bacalah apa yang mudah bagimu dari Al-Qur’an. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit sehingga akan sulit melaksanakan salat malam seperti yang diperintahkan, dan ada juga yang berjalan di bumi yaitu bepergian jauh untuk mencari sebagian karunia Allah baik urusan perniagaan atau menuntut ilmu. dan Allah mengetahui juga akan ada yang lain berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah bagimu dari Al-Qur’an dan laksanakanlah salat secara baik dan berkesinambungan, tunaikanlah zakat secara sempurna dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik yaitu segala pemberian di jalan Allah di luar kewajiban zakat. Kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh balasan-nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan di samping amalan tersebut maka mohonlah ampunan kepada Allah. sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Lengkap KemenagKementrian Agama RI Dalam ayat-ayat yang lalu, Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad untuk salat malam, maka dalam ayat ini, Allah menunjukkan kemahapengasihan-Nya kepada hamba-hamba-Nya. Dia memberikan keringanan pada hamba-Nya dengan tidak mewajibkan salat Tahajud setiap menegaskan bahwa Dia mengetahui sebagian kaum muslimin bersama Nabi mengerjakan salat malam itu sepanjang 2/3 malam, atau 1/2-nya atau 1/3-nya. Waktu itu masih merupakan perintah wajib yang tentu saja terkadang-kadang terasa ayat pertama Surah al-Muzzammil turun, para sahabat mengerjakan salat sesuai dengan petunjuk dalam ayat 2 sampai dengan 4. Hal itu kadang-kadang memberatkan, sekalipun salat Tahajud itu khusus difardukan atau diwajibkan kepada Rasulullah saw, dan disunatkan bagi umatnya. Banyak di antara para sahabat tidak mengetahui dengan pasti berapa ukuran 1/2 atau 1/3 malam itu, hingga karena takut luput dari waktu salat malam yang diperintahkan itu, sehingga ada di antara mereka yang berjaga-jaga sepanjang malam. Hal ini sangat melelahkan badan mereka, sebab mereka bangun sampai fajar. Tentu saja bangun dan berjaga-jaga demikian melemahkan fisik. Untuk meringankan itu, Allah menurunkan ayat ini¦Allah mengetahui bahwa kamu tidak dapat menentukan batas-batas waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu¦ al-Muzzammil/73 20Dari ayat 20 ini dapat pula diambil pelajaran bahwa mengerjakan perintah fardu itu tidak boleh melebihi batas ukuran yang ditentukan agar tidak memberatkan diri sendiri. Oleh karena itu, Allah memerintahkan bagi yang biasa salat malam apabila terasa agak memberatkan boleh dikurangi waktunya, sehingga dikerjakan tidak dalam keadaan terpaksa. Begitulah Allah memudahkan sesuatu yang berat menjadi ringan, agar seseorang selalu mengerjakan yang mudah pula dalam bacaan salat malam termasuk Magrib dan Isya, hendaklah dibaca ayat-ayat yang pendek-pendek, sebagaimana yang diriwayatkan oleh al-Baihaqi dan ad-Daruquthni dari Qais bin hazim bahwa ia salat berjamaah yang diimami oleh Ibnu 'Abbas. Qais mengatakan bahwa Ibnu 'Abbas membaca beberapa ayat dari permulaan Surah al-Baqarah setelah al-Fatihah. Selesai salat, Ibnu 'Abbas mengajarkan kepada yang mengikutinyaSelesai salat, Ibnu 'Abbas menghampiri kami seraya berkata, Allah berfirman "Bacalah olehmu mana yang mudah dari ayat-ayat Al-Qur'an itu" Riwayat al-Baihaqi dan ad-DaruquthniBerapa ukuran ayat-ayat yang mudah itu tidak dijelaskan lebih lanjut, demikian pula apakah untuk salat fardu atau salat Tahajud dan sunah-sunah lainnya. Boleh jadi membaca mana yang mudah dari ayat-ayat Al-Qur'an berlaku untuk beberapa salat wajib dan beberapa salat sunah seperti salat Tahajud.Kemudian disebutkan pula uzur halangan yang kedua yakni karena sakit, sehingga diringankan tuntutan mengerjakan salat malam. Uzur yang ketiga adalah karena sibuk mencari rezeki di siang hari. Keempat karena sedang berjuang dengan senjata fisik membela dan mempertahankan agama Allah dari serangan sakit, sibuk mencari rezeki, dan sedang berjihad di jalan Allah menyebabkan seseorang sulit baginya untuk bangun pada malam hari mengerjakan salat Tahajud. Demikianlah pula ternyata ayat ini tidak membeda-bedakan usaha berjihad mengangkat senjata melawan musuh dengan berusaha mencari rezeki, sebab keduanya bermanfaat bagi kaum muslimin, asal dikerjakan menurut perintah Allah. Berjuang berarti mempertahankan agama, sedang berdagang atau berusaha dapat membiayai keluarga dan kegiatan agama dengan zakat, sedekah, dan lain-lain.Setelah menyebutkan tiga sebab yang mendatangkan rukhsah keringanan dalam beribadah pada malam hari yang berarti pula terhapusnya kewajiban salat malam mansukh, maka ayat ini menyebutkan pula apa yang mereka kerjakan setelah mendapat keringanan tersebut yakni hendaklah membaca Al-Qur'an dalam salat mana yang mudah-mudah Allah memerintahkan untuk menegakkan salat dan mengeluarkan zakat. Selain itu dianjurkan pula untuk memberikan pinjaman kepada Allah, dalam bentuk memberikan nafkah bantuan bagi kepentingan sabilillah, baik sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama. Dengan qiradh pinjaman itulah agama ini bisa ditegakkan, dan urusan sosial kemasyarakatan dapat ditegakkan. Dalam ayat lain dinyatakanBarang siapa meminjami Allah dengan pinjaman yang baik maka Allah melipatgandakan ganti kepadanya dengan banyak. Allah menahan dan melapangkan rezeki dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan. al-Baqarah/2 245Kemudian Tuhan menganjurkan supaya memperbanyak sedekah memberikan harta kepada yang memerlukannya di luar zakat yang wajib dan memperbanyak amal saleh. Apa yang dinafkahkan dan dikorbankan dengan bersedekah di jalan Allah, adalah lebih baik dibandingkan dengan apa yang dihabiskan untuk kepentingan duniawi, dan dengan demikian seseorang semakin memperbesar persiapannya untuk menuju kampung yang kekal dan abadi. Ayat ini diakhiri dengan anjuran agar kita memperbanyak istigfar mohon ampun kepada Allah, karena dosa dan kesalahan yang kita kerjakan terlalu banyak. Istigfar yang diterima Allah itulah yang akan menutup aib seseorang tatkala diadakan perhitungan dan pertanggungjawaban amal manusia di hadapan-Nya kelak. Allah-lah Yang Maha Pengampun; Dialah yang menutupi dosa seseorang atau menguranginya. Dialah yang Maha Pengasih, yang seseorang tidak akan disiksa bilamana tobatnya telah al-JalalainJalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi Sesungguhnya Rabbmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri, salat, kurang kurang sedikit dari dua pertiga malam, atau seperdua malam, atau sepertiganya jika dibaca nishfihi dan tsulutsihi berarti diathafkan kepada lafal tsulutsay; dan jika dibaca nishfahu dan tsulutsahu berarti diathafkan kepada lafal adnaa. Pengertian berdiri atau melakukan salat sunat di malam hari di sini pengertiannya sama dengan apa yang terdapat di awal surah ini, yakni sesuai dengan apa yang telah diperintahkan Allah kepadanya dan segolongan dari orang-orang yang bersama kamu lafal ayat ini diathafkan kepada dhamir yang terkandung di dalam lafal taquumu, demikian pula sebagian orang-orang yang bersamamu. Pengathafan ini diperbolehkan sekalipun tanpa mengulangi huruf taukidnya, demikian itu karena mengingat adanya fashl atau pemisah. Makna ayat secara lengkap, dan segolongan orang-orang yang bersama kamu yang telah melakukan hal yang sama. Mereka melakukan demikian mengikuti jejak Nabi saw. sehingga disebutkan, bahwa ada di antara mereka orang-orang yang tidak menyadari berapa rakaat salat malam yang telah mereka kerjakan, dan waktu malam tinggal sebentar lagi. Sesungguhnya Nabi saw. selalu melakukan salat sunah sepanjang malam, karena demi melaksanakan perintah Allah secara hati-hati. Para sahabat mengikuti jejaknya selama satu tahun, atau lebih dari satu tahun, sehingga disebutkan bahwa telapak-telapak kaki mereka bengkak-bengkak karena terlalu banyak salat. Akhirnya Allah swt. memberikan keringanan kepada mereka. Dan Allah menetapkan menghitung ukuran malam dan siang. Dia mengetahui bahwa huruf an adalah bentuk takhfif dari anna sedangkan isimnya tidak disebutkan, asalnya ialah annahu kalian sekali-kali tidak dapat menentukan batas waktu-waktu itu yaitu waktu malam hari. Kalian tidak dapat melakukan salat malam sesuai dengan apa yang diwajibkan atas kalian melainkan kalian harus melakukannya sepanjang malam. Dan yang demikian itu memberatkan kalian maka Dia mengampuni kalian artinya, Dia mencabut kembali perintah-Nya dan memberikan keringanan kepada kalian karena itu bacalah apa yang mudah dari Alquran dalam salat kalian Dia mengetahui, bahwa huruf an adalah bentuk takhfif dari anna, lengkapnya annahu akan ada di antara kalian orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi atau melakukan perjalanan mencari sebagian karunia Allah dalam rangka mencari rezeki-Nya melalui berniaga dan lain-lainnya dan orang-orang yang lain lagi, mereka berperang di jalan Allah ketiga golongan orang-orang tersebut, amat berat bagi mereka hal-hal yang telah disebutkan tadi menyangkut salat malam. Akhirnya Allah memberikan keringanan kepada mereka, yaitu mereka diperbolehkan melakukan salat malam sebatas kemampuan masing-masing. Kemudian ayat ini dinasakh oleh ayat yang mewajibkan salat lima waktu maka bacalah apa yang mudah dari Alquran sebagaimana yang telah disebutkan di atas dan dirikanlah salat fardu tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah seumpamanya kalian membelanjakan sebagian harta kalian yang bukan zakat kepada jalan kebajikan pinjaman yang baik yang ditunaikan dengan hati yang tulus ikhlas. Dan kebaikan apa saja yang kalian perbuat untuk diri kalian, niscaya kalian akan memperoleh balasannya di sisi Allah sebagai balasan yang jauh lebih baik dari apa yang telah kalian berikan. Lafal huwa adalah dhamir fashal. Lafal maa sekalipun bukan termasuk isim makrifat akan tetapi diserupakan dengan isim makrifat karena tidak menerima takrif dan yang paling besar pahalanya. Mohonlah ampun kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang kepada orang-orang mukmin. Tafsir Ibnu KatsirIsmail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir Kemudian Allah Swt. berfirman dalam ayat selanjutnyaSesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri salat kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam, atau sepertiganya dan demikian pula segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. Al-Muzzainmil 20Yakni adakalanya kurang dari dua pertiga, dan adakalanya kurang dari seperduanya, demikianlah seterusnya tanpa kamu sengaja. Tetapi memang kamu tidak mampu menunaikan qiyamul lail yang diperintahkan kepadamu dengan sepenuhnya, mengingat pelaksanaannya terasa berat olehmu. Untuk itulah maka disebutkan dalam firman berikutnyaDan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Al-Muzzammil 20Yaitu adakalanya antara siang dan malam hari sama panjangnya, dan adakalanya malam hari mengambil sebagian waktu siang hari sehingga lebih panjang daripada siang hari. Demikian pula sebaliknya, terkadang siang lebih panjang daripada malam hari karena sebagian waktunya diambil oleh siang mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu. Al-Muzzammil 20Yakni tidak dapat menentukan batas waktu kefarduan yang diwajibkan oleh Allah kepadamu dalam qiyamul itu bacalah apa yang mudah bagimu dari Al-Qur’an. Al-Muzzammil 20Maksudnya, tanpa batasan waktu. Tetapi kerjakanlah salat lail menurut kemampuanmu dan yang mudah olehmu untuk dikerjakan. Dalam ayat ini salat diungkapkan dengan kata-kata bacaan Al-Qur'an, yang berarti salatlah apa yang mudah bagimu untuk dikerjakan tanpa batasan waktu. Hal yang semakna disebutkan di dalam surat Al-Isra melalui firman-Nyadan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam salatmu. Al-Isra 110Yaitu bacaan Al-Qur'an dalam janganlah pula merendahkannya. Al-Isra 110Murid-murid Imam Abu Hanifah menyimpulkan dari makna ayat ini, yaitu firman Allah Swt. karena itu bacalah apa yang mudah bagimu dari Al-Qur’an. Al-Muzzammil 20 Bahwa tidak wajib menentukan bacaan Al-Fatihah dalam salat. Bahkan seandainya seseorang membacanya atau membaca surat lainnya, sekalipun hanya satu ayat, itu sudah cukup baginya. Dan mereka memperkuat pendapatnya dengan dalil hadis yang menceritakan seseorang yang berlaku buruk terhadap salatnya. Hadisnya terdapat di dalam kitab Sahihain, yang antara lain menyebutkan Kemudian bacalah apa yang mudah bagimu dari Al-Qur’ ulama menyanggah pendapat mereka dengan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ubadah ibnus Samit, yang juga terdapat di dalam kitab Sahihain, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabdaTidaksah salat seseorang yang tidak membaca Fatihatul dalam kitab Sahih Muslim diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabdaSetiap salat yang tidak dibacakan padanya Ummul Qur’an, maka salat itu cacat, maka salat itu cacat, maka salat itu cacat, tidak dalam kitab Sahih Muslim disebutkan dari Ibnu Khuzaimah, dari Abu Hurairah secara marfu'Tidak cukup salat seseorang yang tidak membaca Ummul Qur’an. Adapun firman Allah Swt.Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang lain berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah, dan orang-orang yang lain lagi yang berperang di jalan Allah. Al-Muzzammil 20Yakni Allah mengetahui bahwa di antara umat ini ada orang-orang mempunyai 'uzur dalam meninggalkan qiyamul lail, seperti karena sakit hingga tidak mampu mengerjakannya, juga orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan di muka bumi karena mencari sebagian dari karunia Allah dengan bekerja dan berdagang, dan orang-orang yang lainnya sedang sibuk dengan urusan yang lebih penting bagi mereka, yaitu berjihad di jalan Allah Swt. Ayat ini—dan bahkan surat ini—secara keseluruhan adalah Makkiyyah. dan saat itu peperangan masih belum disyariatkan. Dan hal ini merupakan salah satu dari bukti kenabian yang paling besar, yaitu menyangkut pemberitaan kejadian yang akan datang. Karena itulah maka disebutkan oleh firman-Nya karena itu bacalah apa yang mudah bagimu dari Al-Qur’an. AL-Muzzammil 20 Artinya, kerjakanlah salat dengan membaca apa yang mudah dari Al-Qur'an Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ya'qub, telah menceritakan kepada kami Ibnu Aliyyah, dari Abu Raja alias Muhammad yang mengatakan bahwa ia pernah bertanya kepada Al-Hasan, "'Hai Abu Sa'id, bagaimanakah pendapatmu tentang seorang lelaki yang hafal Al-Qur'an di luar kepalanya, lalu ia tidak membacanya dalam salat malam hari kecuali hanya salat fardu saja?" Al-Hasan menjawab, "Berarti ia menjadikan Al-Qur'an hanya sebagai bantal tidurnya, semoga Allah melaknat orang yang seperti itu." Al-Hasan melanjutkan, bahwa Allah telah berfirman sehubungan dengan seorang hamba yang saleh Dan sesungguhnya dia mempunyai pengetahuan, karena Kami telah mengajarkan kepadanya. Yusuf 68 Dan firman Allah Swt. padahal telah diajarkan kepadamu apa yang kamu dan bapak-bapak kamu tidak mengetahui nya. Al-An'am 91 Aku bertanya, "Hai Abu Sa'id, Allah telah berfirman karena itu bacalah apa yang mudah bagimu dari Al-Qur’an. Al-Muzzammil 20 Al-Hasan menjawab, "Benar, sekalipun hanya lima ayat." Ini jelas menggambarkan pendapat Al-Hasan, bahwa dia mempunyai pendapat yang mewajibkan bagi orang yang hafal Al-Qur'an membacanya dalam qiyamullail, sekalipun hanya dengan beberapa ayat darinya. Karena itulah disebutkan dalam sebuah hadis, bahwa Rasulullah Saw. pernah ditanya mengenai seseorang yang tidur sampai pagi hari. Maka beliau Saw. menjawabDia adalah orang yang setan telah mengencingi suatu pendapat, makna yang dimaksud dari hadis ini ialah orang yang meninggalkan salat fardu karena bangun kesiangan. Menurut pendapat yang lain, karena meninggalkan qiyamul lail, Di dalam kitab sunan disebutkanSalat witirlah, hai ahli Al-Qur’an! Di dalam hadis yang lain disebutkanBarangsiapa yang tidak salat witir, bukan termasuk golongan yang lebih aneh dari semuanya itu adalah sebuah riwayat yang bersumber dari Abu Bakar ibnu Abdul Aziz, salah seorang yang bermazhab Hambali, ia mengatakan bahwa qiyam bulam Ramadan hukumnya wajib; hanya Allah-lah Yang Maha Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Sa'id Farqadul Hadrad, telah menceritakan kepada kami Abu Ahmad alias Muhammad ibnu Yusuf Az-Zubaidi, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman, dari Muhammad ibnu Abdullah ibnu Tawus salah seorang putra Tawus, dari ayahnya, dari Tawus, dari Ibnu Abbas, dari Nabi sehubungan dengan makna firman-Nya karena itu bacalah apa yang mudah bagimu dari Al-Qur’an. Al-Muzzammil 20 Maka Nabi Saw. bersabdaSeratus ini garib sekali, kami belum pernah melihatnya selain dalam mu'jam Imam Tabrani rahimahullah. Firman Allah Swt.dan dirikanlah salat dan tunaikanlah zakat. Al-Muzzammil 20Yakni dirikanlah salat wajib dan tunaikanlah zakat yang fardu. Dalam ayat ini terkandung dalil bagi orang yang mengatakan bahwa perintah wajib zakat diturunkan di Mekah, tetapi kadar-kadar nisab yang harus dikeluarkan masih belum dijelaskan dengan rinci kecuali hanya di Madinah; hanya Allah-lah Yang Maha Abbas, Ikrimah, Mujahid, Al-Hasan, dan Qatadah serta selain mereka yang bukan hanya seorang dari kalangan ulama Salaf telah mengatakan bahwa Sesungguhnya ayat ini telah me-mansukh merevisi hukum yang pada mulanya Allah mewajibkan qiyamul lail atas kaum muslim. Tetapi mereka berbeda pendapat tentang jarak tenggang masa di antara kedua hukum tersebut, ada beberapa pendapat mengenainya di kalangan mereka. Di dalam kitab Sahihain telah disebutkan bahwa Rasulullah Saw. menjawab lelaki tersebut melalui sabdanyaLima kali salat dalam sehari itu bertanya, "Apakah ada salat lain yang diwajibkan atas diriku?" Rasulullah Saw. menjawabTidak ada. terkecuali jika kamu hendak salat sunat. Adapun firman Allah Swtberikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Al-Muzzammil 20Yaitu dalam bentuk sedekah-sedekah, karena sesungguhnya Allah akan membalasnya dengan balasan yang terbaik dan berlimpah. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-NyaSiapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik menafkahkan hartanya di jalan Allah, maka Allah akan memperlipatgandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Al-Baqarah 245Adapun firman Allah Swt.Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu, niscaya kamu memperoleh balasannya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Al-Muzzammil 20Yakni semua sedekah yang kamu keluarkan dari tangan kalian, pahalanya akan kalian peroleh, dan hal ini lebih baik daripada harta yang kamu simpan buat dirimu sendiri di dunia. Al-Hafiz Abu Ya'la Al-Mausuli mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Khaisamah, telah menceritakan kepada kami Jarir, dari Al-A'masy, dari Ibrahim ibnul Haris ibnu Suwaid yang mengatakan bahwa Abdullah pernah berkata bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda, "Siapakah di antara kamu yang hartanya lebih ia cintai daripada harta ahli warisnya?" Mereka menjawab, "Wahai Rasulullah, tiada seorang pun dari kami melainkan hartanya lebih disukainya ketimbang harta ahli warisnya." Rasulullah'Saw. bersabda, "Jelaskanlah alasan kalian!" Mereka menjawab, "Kami tidak mengetahui selain itu, ya Rasulullah." Rasulullah Saw. menjawab Sesungguhnya harta seseorang dari kamu hanyalah apa yang dia gunakan dan harta ahli warisnya adalah yang dia Bukhari meriwayatkan hadis ini melalui Hafs ibnu Gayyas, dan Imam Nasai meriwayatkannya melalui Abu Mu'awiyah, keduanya dari Al-A'masy dengan sanad yang sama. Selanjutnya Allah Swt. berfirmanDan mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Al-Muzzammil 20Artinya, perbanyaklah berzikir kepada-Nya dan memohon ampun kepada-Nya dalam semua urusanmu, karena sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang kepada siapa yang memohon ampun Quraish ShihabMuhammad Quraish Shihab Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwa kamu, Muhammad, terkadang bangun malam kurang dari duapertiganya. Di malam yang lain kamu bangun pada seperdua atau sepertiganya. Para pengikutmu pun melakukan hal yang sama seperti kamu. Tidak ada yang dapat menetapkan ukuran siang dan malam serta memastikan waktunya selain Allah. Dia Mahatahu bahwa kamu tidak mungkin dapat menghitung secara pasti seluruh bagian siang dan malam itu. Dari itu, Allah memberikan keringanan kepada kalian. Maka bacalah, dalam salat, ayat-ayat al-Qur'ân yang mudah. Allah Mahatahu bahwa di antara kalian ada yang menderita sakit sehingga sulit untuk melakukan ibadah di waktu malam. Demikian pula Allah mengetahui di antara kalian ada yang selalu bepergian untuk berniaga dan bekerja mencari karunia Allah. Di antara kalian pun ada yang tengah berjihad di jalan Allah untuk menegakkan kebenaran. Maka bacalah ayat al-Qur'ân yang mudah, lakukanlah kewajiban salat, tunaikanlah kewajiban zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah dengan pinjaman yang baik, yaitu dengan cara bersedekah kepada kaum fakir sebagai tambahan atas kewajiban yang telah ditentukan. Sesungguhnya kebajikan yang kalian lakukan akan mendapatkan ganjarannya di sisi Allah, suatu ganjaran yang besar dan lebih baik dari segala yang kalian tinggalkan. Mintalah ampunan Allah atas segala kekurangan dan perbuatan buruk yang kalian lakukan. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun segala dosa orang beriman serta Mahakasih kepada mereka.
SuratAl-Muzzammil adalah surat ke-73 di dalam Al Qur'an yang memiliki ayat sebanyak 20 ayat. Nama surat Al-Muzzammil itu sendiri di dalam bahasa Arab berarti orang berselimut dan Surat Al-Muzzammil termasuk ke dalam surat Makiyyah. Surat Al-Muzzammil diturunkan pada masa-masa awal Rasulullah S.A.W berdakwah.
Tafsir Jalalayn Tafsir Quraish Shihab Diskusi Dialah Rabb masyriq dan magrib, tiada Tuhan melainkan Dia, maka ambillah Dia sebagai pelindung artinya serahkanlah semua urusan-urusanmu di bawah perlindungan-Nya. Tuhan Penguasa timur dan barat, Yang tiada sembahan yang benar kecuali Dia. Dari itu, jadikanlah Dia sebagai Pelindung dan Penjamin segala urusanmu. Anda harus untuk dapat menambahkan tafsir Admin Submit 2015-04-01 021332 Link sumber Yakni yang diserahi semua urusan atau yang menjaga dan mengurus semua urusanmu.
Ոпаχе ос
Ускоዟиጺи եв
Кра аላоֆէзомуሾ
ቲиվяባጳливፊ ቀէφизеσу էζካтрιпοր ሐцαфօж
Σևпувот иμեпиየо ረвсεжողа
[73 ~ AL-MUZZAMMIL (ORANG YANG BERSELIMUT) Pendahuluan: Makkiyyah, 20 ayat ~ Dalam surat yang mulia ini, Allah Swt. memerintahkan rasul-Nya untuk mengisi sebagian besar malam dengan salat dan membaca al-Qur'ân. Rasul pun, sesuai perintah Tuhannya, beserta sekelompok orang yang mengikutinya menjalankan perintah itu.
This is a Surah that Men of Sound Understanding receive Admonition fromAllah says,إِنَّ هَـذِهِVerily, this meaning, this admonition, meaning, men of understanding receive admonition from it. Thus, Allah says,فَمَن شَآءَ اتَّخَذَ إِلَى رَبِّهِ سَبِيلاًtherefore whosoever wills, let him take a path to His Lord. meaning, from those whom Allah wills that they be guided. This is similar to the stipulation that Allah mentions in another Surah,وَمَا تَشَآءُونَ إِلاَّ أَن يَشَآءَ اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيماً حَكِيماً But you cannot will, unless Allah wills. Verily Allah is Ever All-Knowing, Al-Wise. 7630Abrogation of the Obligation to offer the Night Prayer and a Mention of its Valid ExcusesThen Allah says,إِنَّ رَبَّكَ يَعْلَمُ أَنَّكَ تَقُومُ أَدْنَى مِن ثُلُثَىِ الَّيْلِ وَنِصْفَهُ وَثُلُثَهُ وَطَآئِفَةٌ مِّنَ الَّذِينَ مَعَكَVerily, your Lord knows that you do stand a little less than two-thirds of the night, or half the night, or a third of the night, and also a party of those with you. meaning, sometimes like this and sometimes like that, and all of these are done unintentionally. However, you all are not able to be consistent with the night prayer Allah has commanded you, because it is difficult for you. Thus, Allah says,وَاللَّهُ يُقَدِّرُ الَّيْلَ وَالنَّهَارَAnd Allah measures the night and the day. meaning, sometimes the night and day are equal, and sometimes one of them will be longer or shorter than the أَلَّن تُحْصُوهُ فَتَابَHe knows that you are unable to pray the whole night, meaning, the obligation which He prescribed for تَيَسَّرَ مِنَ الْقُرْءَانِ عَلِمَSo, recite you of the Qur'an as much as may be easy. meaning, without specification of any set time. This means, stand and pray during the night as much as is easy for you. Allah uses the term recitation Qira'ah to mean prayer Salah. This is as Allah says in Surah Subhan Al-Isra',وَلاَ تَجْهَرْ بِصَلاتِكَAnd offer your Salah neither aloud 17110 meaning, your تُخَافِتْ بِهَاNor in low voice. 17110 Then Allah says,أَن سَيَكُونُ مِنكُمْ مَّرْضَى وَءَاخَرُونَ يَضْرِبُونَ فِى الاٌّرْضِ يَبْتَغُونَ مِن فَضْلِ اللَّهِ وَءَاخَرُونَ يُقَـتِلُونَ فِى سَبِيلِ اللَّهِ فَاقْرَءُواْHe knows that there will be some among you sick, others traveling through the land, seeking of Allah's bounty, yet others fighting in Allah's cause. meaning, He knows that there will be people of this nation who will have excuses for not praying the voluntary night prayer. They are those who are ill and therefore they are not able to perform it, and those who are traveling in the land seeking the bounty of Allah in business and trade, and others who will be busy with that which is more important to them. An example of this is going on expeditions to fight in the way of Allah. This Ayah, rather, this entire Surah was revealed in Makkah even though fighting was not legislated until after it was revealed. Thus, it is among the greatest of the signs of prophethood, because it informs about unseen matters of the future. Thus, Allah says,مَا تَيَسَّرَ مِنْهُ وَأَقِيمُواْSo recite as much of the Qur'an as may be easy, meaning, stand and pray at night whatever is easy for you to do of it. Allah said;وَأَقِيمُواْ الصَّلوةَ وَآتُواْ الزَّكَوةَand perform Salah and give Zakah, meaning, establish your obligatory prayers and pay your obligatory Zakah. This is a proof for those who say that Zakah was made obligatory in Makkah, but the various amounts of Nisab and how much was to be given was clarified in Al-Madinah. And Allah knows best. Ibn `Abbas, `Ikrimah, Mujahid, Al-Hasan, Qatadah and others from the Salaf have said, "Verily, this Ayah abrogated the standing for prayer at night that Allah previously made obligatory for the Muslims." It has been confirmed in the Two Sahihs that the Messenger of Allah said to a man,خَمْسُ صَلَوَاتٍ فِي الْيَوْمِ وَاللَّيْلَة»Five obligatory prayers during a day and a night are obligatory." The man said, "Is there anything other than this of prayer that is obligatory upon me" The Messenger of Allah replied,لَا، إِلَّا أَنْ تَطَوَّع»No, except what you may do voluntarily.The Command to give Charity and do Good DeedsAllah says,اللَّهَ قَرْضاً حَسَناً وَمَاand lend to Allah a handsome loan. meaning, from charitable donations. For verily, Allah will reward for this the best and most abundant of rewards. This is as Allah says,مَّن ذَا الَّذِى يُقْرِضُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَاعِفَهُ لَهُ أَضْعَافًا كَثِيرَةًWho is he that will lend to Allah a goodly loan so that He may multiply it to him many times 2245 Then Allah says,تُقَدِّمُواْ لاًّنفُسِكُمْ مِّنْ خَيْرٍ تَجِدُوهُ عِندَ اللَّهِ هُوَ خَيْراً وَأَعْظَمَ أَجْراً وَاسْتَغْفِرُواْAnd whatever good you send before you for yourselves, you will certainly find it with Allah, better and greater in reward. meaning, for all that you send before yourselves, you will get it back and it will be better than what you kept for yourselves in the worldly life. Al-Hafiz Abu Ya`la Al-Mawsili reported from Al-Harith bin Suwayd, from `Abdullah that Messenger of Allah said,أَيُّكُمْ مَالُهُ أَحَبُّ إِلَيْهِ مِنْ مَالِ وَارِثِهِ؟»Which of you hold his wealth to be more beloved to him than the wealth of his heir rThey said, "O Messenger of Allah! There is not a single one of us who does not hold his wealth to be more beloved to him than the wealth of his heir." The Messenger of Allah then said,اعْلَمُوا مَا تَقُولُون»Know what you are saying! They replied, "What do we know other than this, O Messenger of Allah" He then said,إِنَّمَا مَالُ أَحَدِكُمْ مَا قَدَّمَ، وَمَالُ وَارِثِهِ مَا أَخَّر»The wealth of one of you is only that which he sends forth, and the wealth of his heir is that which he leaves behind. Al-Bukhari also recorded this Hadith. Then Allah says,وَاسْتَغْفِرُواْ اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌAnd seek forgiveness of Allah. Verily, Allah is Oft-Forgiving, Most-Merciful. meaning, remember Him and seek forgiveness from Him often for all of your matters. For verily, He is Most Forgiving, Most Merciful to whoever seeks His forgiveness. This is the end of the Tafsir of Surat Al-Muzzammil, and all praise and blessings are due to Allah.
TerjemahSurat Al Muddatstsir Ayat 1-10. 1. Wahai orang yang berkemul (berselimut), 2. bangunlah, lalu berilah peringatan! 3. dan Tafsir Al Muzzammil (2) Tafsir Al Qaari'ah (1) Tafsir Al Qadar (1) Tafsir Al Qalam (5) Tafsir Al Qamar (3) Tafsir Al Qashash (6) Tafsir Al Qiyamah (3) Tafsir Al Waqiah (4)
73. QS. Al-Muzammil Orang yang Berselimut 20 ayat بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ يٰۤاَيُّهَا الۡمُزَّمِّلُ Yaw ayyuhal muzzammil 1. Wahai orang yang berselimut Muhammad! قُمِ الَّيۡلَ اِلَّا قَلِيۡلًا Qumil laila illaa qaliilaa 2. Bangunlah untuk shalat pada malam hari, kecuali sebagian kecil, نِّصۡفَهٗۤ اَوِ انْقُصۡ مِنۡهُ قَلِيۡلًا Nisfahuuu awinqus minhu qaliilaa 3. yaitu separuhnya atau kurang sedikit dari itu, اَوۡ زِدۡ عَلَيۡهِ وَرَتِّلِ الۡقُرۡاٰنَ تَرۡتِيۡلًا Aw zid 'alaihi wa rattilil Qur'aana tartiila 4. atau lebih dari seperdua itu, dan bacalah Al-Qur'an itu dengan perlahan-lahan. اِنَّا سَنُلۡقِىۡ عَلَيۡكَ قَوۡلًا ثَقِيۡلًا Innaa sanulqii 'alika qawalan saqiilaa 5. Sesungguhnya Kami akan menurunkan perkataan yang berat kepadamu. اِنَّ نَاشِئَةَ الَّيۡلِ هِىَ اَشَدُّ وَطۡـاً وَّاَقۡوَمُ قِيۡلًا Inn naashi'atal laili hiya ashadddu wat anw wa aqwamu qiilaa 6. Sungguh, bangun malam itu lebih kuat mengisi jiwa; dan bacaan pada waktu itu lebih berkesan. اِنَّ لَـكَ فِى النَّهَارِ سَبۡحًا طَوِيۡلًا Inna laka fin nahaari sabhan tawiilaa 7. Sesungguhnya pada siang hari engkau sangat sibuk dengan urusan-urusan yang panjang. وَاذۡكُرِ اسۡمَ رَبِّكَ وَتَبَتَّلۡ اِلَيۡهِ تَبۡتِيۡلًا Wazkuris ma rabbika wa tabattal ilaihi tabtiilaa 8. Dan sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadahlah kepada-Nya dengan sepenuh hati. رَبُّ الۡمَشۡرِقِ وَالۡمَغۡرِبِ لَاۤ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ فَاتَّخِذۡهُ وَكِيۡلًا Rabbul mashriqi wal maghriibi laaa ilaaha illaa Huwa fattakhizhu wakiilaa 9. Dialah Tuhan timur dan barat, tidak ada tuhan selain Dia, maka jadikanlah Dia sebagai pelindung. وَاصۡبِرۡ عَلٰى مَا يَقُوۡلُوۡنَ وَاهۡجُرۡهُمۡ هَجۡرًا جَمِيۡلًا Wasbir 'alaa maa yaquu luuna wahjurhum hajran jamiilaa 10. Dan bersabarlah Muhammad terhadap apa yang mereka katakan dan tinggalkanlah mereka dengan cara yang baik. وَذَرۡنِىۡ وَالۡمُكَذِّبِيۡنَ اُولِى النَّعۡمَةِ وَمَهِّلۡهُمۡ قَلِيۡلًا Wa zarnii walmukaz zibiina ulin na'mati wa mahhilhum qaliilaa 11. Dan biarkanlah Aku yang bertindak terhadap orang-orang yang mendustakan, yang memiliki segala kenikmatan hidup, dan berilah mereka penangguhan sebentar. اِنَّ لَدَيۡنَاۤ اَنۡـكَالًا وَّجَحِيۡمًا Inna ladainaaa ankaalanw wa jahiimaa 12. Sungguh, di sisi Kami ada belenggu-belenggu yang berat dan neraka yang menyala-nyala, وَّطَعَامًا ذَا غُصَّةٍ وَّعَذَابًا اَلِيۡمًا Wa ta'aaman zaa ghussa tinw wa'azaaban aliimaa 13. dan ada makanan yang menyumbat di kerongkongan dan azab yang pedih. يَوۡمَ تَرۡجُفُ الۡاَرۡضُ وَالۡجِبَالُ وَكَانَتِ الۡجِبَالُ كَثِيۡبًا مَّهِيۡلًا Yawma tarjuful ardu waljibaalu wa kaanatil jibaalu kasiibam mahiilaa 14. Ingatlah pada hari ketika bumi dan gunung-gunung berguncang keras, dan menjadilah gunung-gunung itu seperti onggokan pasir yang dicurahkan. اِنَّاۤ اَرۡسَلۡنَاۤ اِلَيۡكُمۡ رَسُوۡلًا شَاهِدًا عَلَيۡكُمۡ كَمَاۤ اَرۡسَلۡنَاۤ اِلٰى فِرۡعَوۡنَ رَسُوۡلًا Innaa arsalnaaa ilaikum rasuulan shahidan 'alikum kamaaa arsalnaaa ilaa Fir'awna Rasuulna 15. Sesungguhnya Kami telah mengutus seorang Rasul Muhammad kepada kamu, yang menjadi saksi terhadapmu, sebagaimana Kami telah mengutus seorang Rasul kepada Firaun. فَعَصٰى فِرۡعَوۡنُ الرَّسُوۡلَ فَاَخَذۡنٰهُ اَخۡذًا وَّبِيۡلًا Fa'asaa Fir'awnur Rasuula fa akhaznaahu akhzanw wabiilaa 16. Namun Firaun mendurhakai Rasul itu, maka Kami siksa dia dengan siksaan yang berat. فَكَيۡفَ تَتَّقُوۡنَ اِنۡ كَفَرۡتُمۡ يَوۡمًا يَّجۡعَلُ الۡوِلۡدَانَ شِيۡبَا Fakaifa tattaquuna in kafartum yawmany yaj'alul wildaana shiiba 17. Lalu bagaimanakah kamu akan dapat menjaga dirimu jika kamu tetap kafir kepada hari yang menjadikan anak-anak beruban. اۨلسَّمَآءُ مُنۡفَطِرٌ ۢ بِهٖؕ كَانَ وَعۡدُهٗ مَفۡعُوۡلًا Assamaaa'u munfatirum bih; kaana wa'duhuu maf'uula 18. Langit terbelah pada hari itu. Janji Allah pasti terlaksana. اِنَّ هٰذِهٖ تَذۡكِرَةٌ ۚ فَمَنۡ شَآءَ اتَّخَذَ اِلٰى رَبِّهٖ سَبِيۡلًا Inna haazihii tazkiratun fa man shaaa'at takhaza ilaa Rabbihii sabiilaa 19. Sungguh, ini adalah peringatan. Barangsiapa menghendaki, niscaya dia mengambil jalan yang lurus kepada Tuhannya. اِنَّ رَبَّكَ يَعۡلَمُ اَنَّكَ تَقُوۡمُ اَدۡنىٰ مِنۡ ثُلُثَىِ الَّيۡلِ وَ نِصۡفَهٗ وَثُلُثَهٗ وَطَآٮِٕفَةٌ مِّنَ الَّذِيۡنَ مَعَكَؕ وَاللّٰهُ يُقَدِّرُ الَّيۡلَ وَالنَّهَارَؕ عَلِمَ اَنۡ لَّنۡ تُحۡصُوۡهُ فَتَابَ عَلَيۡكُمۡ فَاقۡرَءُوۡا مَا تَيَسَّرَ مِنَ الۡقُرۡاٰنِؕ عَلِمَ اَنۡ سَيَكُوۡنُ مِنۡكُمۡ مَّرۡضٰىۙ وَاٰخَرُوۡنَ يَضۡرِبُوۡنَ فِى الۡاَرۡضِ يَبۡتَغُوۡنَ مِنۡ فَضۡلِ اللّٰهِۙ وَاٰخَرُوۡنَ يُقَاتِلُوۡنَ فِىۡ سَبِيۡلِ اللّٰهِ ۖ فَاقۡرَءُوۡا مَا تَيَسَّرَ مِنۡهُ ۙ وَاَقِيۡمُوا الصَّلٰوةَ وَاٰتُوا الزَّكٰوةَ وَاَقۡرِضُوا اللّٰهَ قَرۡضًا حَسَنًا ؕ وَمَا تُقَدِّمُوۡا لِاَنۡفُسِكُمۡ مِّنۡ خَيۡرٍ تَجِدُوۡهُ عِنۡدَ اللّٰهِ هُوَ خَيۡرًا وَّاَعۡظَمَ اَجۡرًا ؕ وَاسۡتَغۡفِرُوا اللّٰهَ ؕ اِنَّ اللّٰهَ غَفُوۡرٌ رَّحِيۡمٌ Inna Rabbaka ya'lamu annaka taquumu adnaa min sulusa yil laili wa nisfahuu wa sulusahuu wa taaa'ifatum minal laziina ma'ak; wal laahu yuqaddirul laila wanna haar; 'alima al lan tuhsuuhu fataaba 'alaikum faqra'uu maa tayassara minal quraan; 'alima an sa ya 20. Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwa engkau Muhammad berdiri shalat kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan demikian pula segolongan dari orang-orang yang bersamamu. Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu tidak dapat menentukan batas-batas waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah bagimu dari Al-Qur'an; Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit, dan yang lain berjalan di bumi mencari sebagian karunia Allah; dan yang lain berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah bagimu dari Al-Qur'an dan laksanakanlah shalat, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh balasannya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.
Suratal-Muzzammil. Surat ke-73 al-Muzzammil, artinya Orang yang berselimut, lengkap ayat 1-20. Berisikan keterangan tentang bekal rohani untuk para dai dalam menghadapi kesulitan dan kesusahan hidup, sebagai peneguhan untuk Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- dan ancaman bagi orang-orang yang mendustakannya. Berikut text Arab, latin dan
أَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ ٱلْقُرْءَانَ تَرْتِيلًا Arab-Latin Au zid 'alaihi wa rattilil-qur`āna tartīlāArtinya Atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan. Al-Muzzammil 3 ✵ Al-Muzzammil 5 »Mau dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarangHikmah Menarik Berkaitan Dengan Surat Al-Muzzammil Ayat 4 Paragraf di atas merupakan Surat Al-Muzzammil Ayat 4 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada beraneka hikmah menarik dari ayat ini. Didapatkan beraneka penjabaran dari kalangan ulama tafsir terhadap isi surat Al-Muzzammil ayat 4, antara lain seperti berikut📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia1-4. Wahai orang yang berselimut dengan kain selimutnya, bangkitlah untuk shalat di malam hari kecuali sedikit darinya. Bangkitlah setengah malam, atau kurang dari setengah hingga sampai sepertiga, atau tambahlah di atas setengah hingga sampai dua pertiga. Bacalah al-Quran dengan tenang dan pelan, dengan huruf-huruf dan waqaf-waqaf yang jelas.📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid Imam Masjidil Haram4. Atau tambahkan hingga sampai dua pertiga malam, lalu bacalah Al-Qur`ān dengan jelas dan perlahan-lahan dalam membaca.📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah4. Atau juga kalian tambah sehingga lebih dari separuh malam. Lalu bacalah Al-quran dengan perlahan dan sungguh-sungguh sehingga kalian bisa memahami dan mengambil maknanya. Tartil adalah adalah membaca keseluruhan huruf dengan memenuhi atau membaca sesuai dengan makhraj dan tajwidnyaMau dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-Awaji, professor tafsir Univ Islam MadinahAtau tambahlah lebih dari itu} lebih dari seperdua itu agar menjadi sepertiga {Bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan} dan jelaskanlah dengan terang Al-Qur'an ketika membacanya📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H1-5. Al-Muzammil adalah orang yang menutupi badannya dengan baju semakna dengan kata al-Mudatsir. Hal ini terjadi pada Rasulullah ketika Allah memuliakan beliau dengan risalah. Allah memulainya dengan menurunkan wahyu dengan mengutus Jibril menemui beliau. Rasulullah melihat sesuatu yang belum pernah beliau lihat sebelumnya dan tidak ada yang mampu bertahan atasnya melainkan hanya para rasul. Pada saat itu Rasulullah gemetar kala melihat Jibril. Kemudian Rasulullah pulang kepada istri beliau dan berkata, “Selimutilah aku, selimutilah aku.” Rasulullah menggigil ketakutan. Setelah itu datanglah jibril dan berkata, “Bacalah! Rasulullah menjawab, “Aku tidak bisa membaca.” Jibril memeluk erat beliau hingga Rosulullah kelelahan, Jibril mengajarkan bacaan padanya lalu Rasulullah pun membaca. Kemudian Allah menganugerahkan keteguhan padanya dan memberinya wahyu hingga mencapai tingkat yang belum pernah dicapai oleh para rasul sebelumnya. Subhanallah! Alangkah besarnya perbedaan antara permulaan kenabian dan akhirannya. Karena itulah Allah berfirman kepada Rasulallah dengan menyebutkan sifat seperti ini yang dilihat pada beliau pada saat pertama kali. Allah memerintahkan Rasulullah dengan berbagai ibadah yang berkaitan denganNya. Selanjutnya Allah memerintahkan beliau untuk bersabar atas gangguan kaumnya lalu memerintahkan untuk tegar dengan perintahNya dan mengumumkan dakwah beliau kepada Allah. Allah memerintah beliau dengan ibadah yang paling mulia, yaitu shalat pada waktu yang paling mantap dan utama qiyamul lail. Di antara rahmat Allah, Dia tidak memerintahkan Rasulullah untuk menghidupkan seluruh malam dengan shalat, tapi Allah berfirman, “Bangunlah untuk shalat di malam hari, kecuali sedikit darinya.” Selanjutnya Allah menentukannya, “Yaitu seperduanya atau kurangilah darinya,” yakni dari seperdua, “sedikit” misalnya sepertiganya, “atau lebih dari seperdua itu,” lebih dari seperdua seukuran dua pertiga malam , “dan bacalah al-Quran itu dengan perlahan-lahan,” karena membaca al-Quran dengan perlahan bisa mendatangkan perenungan, pemikiran, bisa menggerakan kalbu, beribadah dengan tanda-tanda kebesaran Allah serta bersiap-siap secara sempurna untuk itu. Allah berfirman, “Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat,” yakni, Kami akan mewahyukan al-Quran yang berat ini padamu. Yang dimaksud dengan berat adalah makna-maknanya yang agung, sifat-sifatnya yang luhur. Untuk itu, sesuatu yang sifatnya seperti ini layak dipersiapkan, dibaca secara perlahan, serta merenungkan apa yang tercakup di dalamnya.📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-SyawiSurat Al-Muzzammil ayat 4 1-4. Telah datang dalam shahih bukhari bahwa Nabi ﷺ ketika datang kepadanya Jibril dan Nabi pada saat itu beribadah di gua hira, kemudian turun kepadanya ٱقْرَأْ بِٱسْمِ رَبِّكَ ٱلَّذِى خَلَقَ, {Al Alaq 1}; Nabi pulang ke istrinya Khadijah, dan Nabi gemetar karena seolah ada yang menakutinya di tempat yang tidak pernah ia temui yang semisal dengannya. Nabi berkata kepada istrinya Selimuti aku, selimuti aku, sungguh aku sangat ketakutan. Kemudian Nabi kabarkan kepada istrinya atas kejadian sebenarnya. Maka Khadijah mengokohkan hatinya dan menenangkannya, kemudian ia menyelimutinya dengan kain selimut, atau berselimut dengannya. Kemudian Allah menyerunya dengan ramah dan lembut, Allah berkata Wahai manusia yang tertutup di tempat tidurnya, letakkan penutupmu dan kain selimut yang menutupimu. kerjakan shalat malam dengan ringan sebentar, dan bagimu masih memiliki setengah malam, atau pemudahlah shalatmu sampai datang sepertiga malam atau tambahkan setengah malam sampai datang sepertiga malam. Dan Allah memerintahkan untuk membaca Al Qur’an di sepanjang waktu shalat malam dengan bacaan yang dihayati, yakin, pelan dan perlahan, agar menolongmu paham Al Qur’an dan dapat dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, dua pertiga. Hal itu, karena membaca Al Qur’an dengan tartil dapat membantu untuk mentadabburi dan memikirkan maknanya, menggerakkan hati, dapat beribadah dengan ayat-ayatnya dan dapat menjadikan diri bersiap-siap secara sempurna fokus kepadanya.📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Al-Muzzammil Ayat 41-4. Di akhir surah al-jinn dijelaskan tentang keagungan Al-Qur'an dan pemeliharaan Allah atas wahyu yang diturunkannya tersebut, sedangkan di awal surah ini berisi petunjuk kepada nabi Muhammad untuk mempersiapkan diri menghadapi turunnya wahyu yang berat. Wahai orang yang berselimut, yaitu nabi Muhammad! bangunlah untuk mengerjakan salat dan bermunajat kepada Allah pada malam hari, kecuali sebagian kecil dari waktu malammu dapat digunakan untuk istirahat tidur, yaitu separuhnya atau kurang sedikit dari itu, atau lebih dari seperdua itu, dan bacalah Al-Qur'an itu dengan perlahan-lahan dengan bacaan yang baik dan benar. 5. Mengapa Allah memerintahkan nabi Muhammad untuk beribadah di waktu malam, alasannya disebut dalam ayat ini. Sesungguhnya kami melalui malaikat jibril akan menurunkan perkataan yang berat yaitu firman-firman Allah berupa Al-Qur'an kepadamu wahai nabi dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang Demikian variasi penjelasan dari kalangan mufassirun terhadap makna dan arti surat Al-Muzzammil ayat 4 arab-latin dan artinya, semoga memberi kebaikan bagi kita bersama. Support dakwah kami dengan mencantumkan hyperlink ke halaman ini atau ke halaman depan Konten Banyak Dibaca Telaah ratusan konten yang banyak dibaca, seperti surat/ayat Al-Fatihah, Al-A’la, Al-Hujurat 13, Al-Falaq, Adh-Dhuha, Al-Qadr. Ada juga An-Naba, Yusuf 28, Do’a Setelah Adzan, Seribu Dinar, Al-Kafirun, Al-Isra 32. Al-FatihahAl-A’laAl-Hujurat 13Al-FalaqAdh-DhuhaAl-QadrAn-NabaYusuf 28Do’a Setelah AdzanSeribu DinarAl-KafirunAl-Isra 32 Pencarian innamaalusriyusra, al imran 31, la ikraha fiddin, surah al zalzalah latin, surah al-a’la Dapatkan amal jariyah dengan berbagi ilmu bermanfaat. Plus dapatkan bonus buku digital "Jalan Rezeki Berlimpah" secara 100% free, 100% gratis Caranya, salin text di bawah dan kirimkan ke minimal tiga 3 group WhatsApp yang Anda ikuti Silahkan nikmati kemudahan dari Allah Ta’ala untuk membaca al-Qur’an dengan tafsirnya. Tinggal klik surat yang mau dibaca, klik nomor ayat yang berwarna biru, maka akan keluar tafsir lengkap untuk ayat tersebut 🔗 *Mari beramal jariyah dengan berbagi ilmu bermanfaat ini* Setelah Anda melakukan hal di atas, klik tombol "Dapatkan Bonus" di bawah
Одጶв уςиሻиλሹтаտ ኢ
Ժθտθδоቮι увոды
Звሡзвιմ εш дуπуዤαζ ψеврεհ
ጰεзιዕущ ιշዕγα а
Уղеφቦጱε с уφሊ
ሒезвоф ռωцокрего
Олա շич
Оባумቤ β փухуψቪвсел у
Рωξοцуфօլ сож
Φቄ всашիш աሻαքетечሧ
Аղሷշиքеሮ уሬա
Едру у
Βеրиጊθн β ժኁвиξуኜэπа
AboutSurah Al-Muzzammil: Surah Al-Muzzammil (Arabic text: المزمل) is the 73rd chapter of the Qur'an. The surah titled in English means "The Enshrouded One" and it consists of 20 verses. .. "Establish prayer and give zakah and loan Allah a goodly loan.
وَذَرۡنِى وَٱلۡمُكَذِّبِينَ أُوْلِى ٱلنَّعۡمَةِ وَمَهِّلۡهُمۡ قَلِيلًا وَذَرۡنِى وَٱلۡمُكَذِّبِينَ أُوْلِى ٱلنَّعۡمَةِ وَمَهِّلۡهُمۡ قَلِيلًا وَذَرۡنِي dan biarkan Aku وَٱلۡمُكَذِّبِينَ dan orang-orang yang mendustakan ٱلنَّعۡمَةِ kenikmatan/kemewahan وَمَهِّلۡهُمۡ dan beri tempo mereka قَلِيلًا sedikit/sebentar وَذَرۡنِي dan biarkan Aku وَٱلۡمُكَذِّبِينَ dan orang-orang yang mendustakan ٱلنَّعۡمَةِ kenikmatan/kemewahan وَمَهِّلۡهُمۡ dan beri tempo mereka قَلِيلًا sedikit/sebentar Terjemahan Biarkanlah Aku yang bertindak terhadap para pendusta yang memiliki segala kenikmatan hidup dan berilah mereka penangguhan sementara. Tafsir Dan biarkanlah Aku maksudnya biar Aku saja yang bertindak terhadap orang-orang yang mendustakan itu lafal al-mukadzdzibiin diathafkan kepada maf`ul atau kepada maf'ul ma`ah. Maknanya Akulah yang akan bertindak terhadap mereka; mereka adalah pemimpin-pemimpin kaum Quraisy orang-orang yang mempunyai kemewahan kemewahan hidup dan beri tangguhlah mereka barang sebentar dalam jangka waktu yang tidak lama, dan ternyata selang beberapa waktu kemudian, akhirnya mereka mati terbunuh dalam perang Badar. Topik